Minggu, 14 Desember 2014

Hujan Tiga Rintik


Kau tau kenapa turunnya air yang bersamaan dinamakan hujan? Aku sendiri tak tau mengapa. Yang pasti, saat ada yang turun bersamaan, kuberinama itu hujan.

Baiklah, lalu ini tentang cerita hujan. Bukan dari langit, bukan dari hasil uap. Tapi ini murni beberapa hal yang mendadak turun bersamaan. Entah darimana, tiba-tiba saja hatiku membasah.
Ya, ini tentang hujan. Tetesan bersamaan yang turun berupa mata-mata menyenangkan. Aku akan menceritakan dari awal, sampai klimaks yang akan membuatku tertawa terpingkal-pingkal.

Dari Hujan pertama:

Namanya Pablo. Lelaki realis dengan model rambut tipis. Agak hitam tapi sangat manis. Sungguh. Dia manis. Sepanjang hidup, hanya sekali aku melihatnya secara langsung. Itupun sudah beberapa tahun yang lalu. Dan ada yang tak bisa dipungkiri dalam teks doa yang setiap malam aku rapalkan. Aku menginginkan untuk menjumpainya kembali entah kapan. Dia menemuiku saat dia dalam kekalutan besar. Saat benar-benar tak punya kekuatan. Sebagai teman yang baik, aku berusaha menyihir diriku sedemikian rupa agar tampak menyenangkan dan sedikit membuatnya merasa punya pegangan. Aku sok bijak, sok sabar, sok baik dan sok-sok yang lain. Entah dengan cara apa dia mulai menghargaiku dan tak sesederhana hanya mengakui keberadaanku sebagai teman. Lebih dari itu. Tapi dasar dia si lelaki matang, caranya sungguh tak pasaran. Beberapa kali aku hanya berani menyimpulkan, dengan pengamatan yang bisa jadi itu fatal: Kurasa dia mulai menyukaiku. Bukan cinta. Sekedar suka. Berulangkali dia bilang aku satu-satunya teman yang paling enak diajak bicara, karena aku memiliki tingkat kepekaan yang luar biasa, menurutnya. Soal kekanakanku memang dia selalu mempermasalahkan, barangkali tak sesuai dengan isi otaknya yang menurutku bisa bikin seseorang lebih tua dari biasanya. Tapi secara keseluruhan, dia hanya tak punya cara mengungkapkan. Entah menunggu atau memang tak ada sesuatu.

Hujan kedua:

Namanya Hati. Sebenarnya aku ragu dengan penamaan itu. Tapi biarlah, sebagai anak Sastra Arab, aku gunakan sedikit mufrodat yang sudah sejak SD Ibu guru ajarkan. Aku ambil dari nama aslinya lalu kuterjemahkan. J Dia labih deras dari hujan pertama, entah wajah dan segala bentuk perhatiannya. Tak cuma manis, yang ini sudah banyak diidolakan teman-teman sekampus apalagi mahasiswa baru. Oh. Orangnya dingin. Tak punya selera humor yang tinggi. Tapi enak diajak ngobrol. Aku kenal dia dari salah satu organisasi yang aku geluti di fakultas. Sampai di tahun kedua, kita sama berada di dua organisasi yang sama. Pernah sekali aku benar-benar jadi partner kerjanya. Dia ketua, aku sekretarisnya. Mungkin dari sanalah cerita ini bermula. Pepatah lama memang selalu benar adanya, bahwa rasa suka akan datang saat sudah sering bersama. Kali ini aku berani mengiyakan. Karena sangat jelas dia menampakkan tanda-tanda yang membuatku tak bisa tidur siang malam. Hingga pada suatu sore, “Musuhan itu penting. Sebab aku selalu tegerak untuk memperhatikan setiap gerakmu. Dan itu sekuat tenaga berusaha aku sangkal, tak boleh ada suatu hubungan dengan saudara seatap”. Nah, aku sebagai perempuan biasa yang cenderung labil, mulai memikirkan kata-katanya dengan matang. Lama kita tak saling sapa. Bertemupun hanya sekedar nyubit, mandang dan mengacak kepala. Tak ada bahasa, lalu saling pergi meninggalkan. Itu yang aku rasakan sangat menyulitkannya. Aku sementara tidak masalah. Meski kutahu dia mati-matian tak mau menggubris perasaannnya sendiri terhadapku. Kadang aku berpikir, perlukah aku keluar dari organisasi untuk membuat hatinya lebih tenang dan nyaman? Tapi dasar dia bisa membaca pikiranku, beberapa bulan kemudian, dia kembali mengakrabiku seperti semula. Hingga sekarang, seperti ada suatu hal yang sama kita tahu, tanpa harus ada yang memberitahu. Cukup saling merasakan. Ah.

Hujan ketiga, sementara untuk yang terakhir:

Namanya Puisi. Kenapa begitu? Dia penyair. Pandai mengolah kata sampai aku serasa di surga. Semua orang taulah begaimana aku sangat menghargai sebuah bahasa. Bagiku itu lebih jujur dari sebuah kata-kata. Saat menemuiku pertama kali, persis seperti si hujan pertama: Dalam kekalutan besar. Tpi ini beda, dia labih kekanakan. Oh iya, lupa aku perkenalkan. Wajahnya kalem. Tidak begitu tinggi. Satu hal yang membuatku kadang geli sendiri jika harus membayangkan dengannya: Dia putra sulung seorang Ustadzku di pondok dulu. Dari sisi ini, kadang aku sedikit berharap lebih banyak. Tapi apalah arti nasab. :D Dia orang yang jujur, mengaku masih juga mencintai perempuannya yang pertama. Aku sih tak masalah. Kita jalani saja apa adanya. Sederhana. Yang penting bisa saling bertukar bahagia.

Untuk ketiga hujan, aku bersyukur sama Tuhan. Dulu kupikir tak akan pernah kutemukan makhluk-makhluk yang mau serius dan tak main-main di depanku. Thank’s God. Tapi sama sekali aku belum berani menyematkannya di sudut-sudut kosong di lemari dada. Aku belum yakin. Apalagi mengingat tanahku masih menggenang, baru saja banjir oleh lelaki bernama Sandal. Tentang sosoknya, tak perlu kuceritakan di sini. Kurasa tulisan-tulisan sebelumnya murni tentangnya yang kuistimewakan, sendirian. Intinya dia lelaki yang membuatku tak mau berhenti tersenyum dalam sebuah ingatan. 

Tanpa mau dianggap gila meski setiap saat aku terbahak sendirian saat mengingatnya. Sandal Oh Sandal.

Percaya atau tidak, saat menulis ini, di luar mendadak hujan. Spontan tanahku basah. Sebasah hati pertama yang masih berusaha kupegang erat: Al.

11 Juni 2014

Secangkir Coklat Surabaya.

Aku Curiga.

Tentangku yang akhir-akhir ini sudah membosankan atau sudah sangat tak menyenangkan, itu wajar. Sebab kamu manusia pada umumnya yang menurut temanku memang memiliki titik jenuh itu. Barangkali aku saja sebagai entah makhluk mana merasa tersanjung terlalu besar dulunya. Padahal mungkin memang tak pernah ada cinta.
          

Seketika aku ingin memotong gigi geraham agar tak sedikitpun aku menggeram saat tau aku terabaikan untuk sebuah kesenangan yang baru saja kau dapatkan. Mungkin.
          

Temanku bilang, tingkat kepekaan seorang wanita jauh lebih kuat dibanding lelaki manapun. Dan ia buktikan setelah mengamatiku selama berbulan-bulan. Kali ini aku mau menyetujui seratus delapan puluh persen: Aku peka. Bahkan sudah sejak lama aku berpikir apa yang tak pernah kamu pikirkan. Kamu sedang sama yang lain kan? Entah mau kau istilahkan apa, saudara, tetangga atau apalah. Intinya kau sedang menikmati sebuah kesenangan baru.
         

Awalnya aku diam saja, menjalankan titah seorang perempuan baik yang meski pada suatu saat harus rela dibilang begok dan goblok. Aku tak pernah menyunting apapun privasimu, karena kutahu kau tak suka itu. Lama kelamaan, berdiam serasa membunuhku pelan-pelan. Karena aku harus memperjuangkanmu sendirian.
          

Aku ingin teriak sekencang-kencangnya. Aku tak suka basa-basi. Aku tau. Kamu selingkuh. Titik.          Kupikir tak boleh memanjangkan praduga sampai ke titik-titik yang mengancam kita. Tapi justru kecurigaan awal itulah yang berhasil mendasari isu menjadi fakta. Kau tau aku berasal  dari sebuah kecurigaan. Tapi nyatanya benar kan? Lalu sekarang aku bisa apa? Menuduhmu dengan mata menuding tepat di kepalamu? Kurasa setelahnya aku dipecat dari komunitas perempuan baik-baik.
         

Kau tau aku paling takut dan enggan mengambil sebuah keputusan yang cukup memberatkan. Aku tak mau jadi subyek yang pertama melepaskan. Apalagi jika harus membebanimu tuduhan. Kutahu kamu pintar mengelak dan mengembalikan segala sesuatunya seperti tak ada apa-apa. Aku bahkan dengan sangat bangga tampak bodoh di depanmu untuk cari aman. Siapa yang pengecut di sini? Aku yang tak mampu jadi diri sendiri atau kamu yang tugasnya hanya mengibuli? Aku lebih memilih disakiti daripada harus menyakiti. Tapi akupun tidak yakin aku baik-baik saja dalam bertahan. Lalu aku harus gimana, Al? Aku perlu lari ke langit ke tujuh untuk mencari sebuah kejujuran?
         

Dalam hal ini sama sekali aku tak pernah takut dilepaskan. Bahkan tak jarang aku malah mendoakan. Aku hanya ingin bebas dengan rasaku, Al. Karena saat ada yang saling melepas, segala halnya murni menjadi hakku. Cinta, cemburu, rindu dan apapun itu murni bebas kumiliki kapan saja tapi dengan catatan tanpa kau tau. Kadang aku berfikir sebaiknya begitu. Daripada harus sok memiliki tapi berani menyakiti.
          


Tuhan, otakku sedang acak-acakan, amburadul dan tak karuan.
14 Juni 201400:07

Kamis, 04 Desember 2014

Kuberinama Kau Alam.

Selamat siang, semesta!
Selamat siang, alam!
Selamat siang, angin!
Selamat siang, dingin!
Selamat siang, Al!

Aku selalu mengingat dengan jelas beberapa hal yang baru kudengar tapi bisa mempengaruhi mindsetku dari sebelumnya. Seperti sehari sebelum aku menulis ini, aku kembali disadarkan betapa segala yang ada itu mampu hidup. Maka jangan tanya mengapa saat aku mulai bosan berkomunikasi dengan manusia.

Tapi sebelum itu, aku bersusah payah mengkorelasikan apa yang dibicarakan dosenku panjang lebar dengan satu hal yang selalu kuingat entah dimana dan waktunya kapan: kamu.

Kamu tau? Semua yang ada di alam ini bisa kita ajak komunikasi. Sekalipun mereka tak pandai merespon dan membuat kita mengangguk-angguk pasti. Bicara dengan alam tentu semakin membuat kita digandrungi banyak hal, tapi percayalah alam akan menjawab tidak dengan bahasa dan perkataan. Melainkan dengan kenyatan.

Lalu kalau tumbuhan saja bisa lebih subur saat dalam proses penanamannya selalu dipuji dan diajak bicara, kenapa kamu tidak? :p
Finally, aku bertekad akan semakin gila menjadikanmu objek dalam setiap cerita. Menceritakanmu banyak hal tanpa khawatir kamu tak mendengar. Aku semakin bertekad mengagumimu sedemikian rupa. Sebab aku percaya pada akhirnya kamu akan paham seberapa sulit saat kamu menjadi objek yang ditinggalkan. :)

#withlove

Minggu, 30 November 2014

December Wish.

Selamat pagi Desember..

Ini bulan yang kutunggu-tunggu selama empat bulan terakhir. Penasaran dengan penyambutan hati sendiri. Sebab tak ada ingatan yang bersedia dianggurkan di tong sampah. Dia dengan kurang ajarnya memaksa si pemilik kembali memikirkannya. Tak peduli sesulit apa kondisi hati selama proses itu. Ada yang tahu? Di bulan ini peristiwa-peristiwa menyebalkan sekaligus membahagiakan mulai terjadi. Dua tahun yang lalu. Awalnya tak ada yang mengira pada akhirnya kita akan saling menyemangati, menasihati, lalu menyakiti. Haha.

Tak ada yang kulupa. Mulai dari naik ke lemari untuk mendengar suara jelek yang pada akhirnya menjadi suara paling merdu sedunia, sampai mulai mencari panggilan keren tapi nggak norak. Kita kebingungan. Setiap jam berganti panggilan. Lalu?







Sebentar, saya tidak bisa meneruskan cerita. :'(

Kamis, 13 November 2014

Who is Time?



Ini tentang waktu yang melahirkan, kehidupan, cinta dan kematian. Waktu yang tidak dapat kau lawan, tidak dapat kau miliki, waktu yang menayangkan setiap kejadian dan ketentuan. Waktu yang tidak membiarkan semuanya stagnan dan dapat diputar ulang, waktu yang selalu ada didalam tawa, tangis, waras, gila, jahat, nista, mulia, surga, neraka, malaikat, iblis, alam, dn pencipta waktu itu sendiri. 

Waktu penentu yang engkau inginkan, waktu hanya menginginkan engkau tau dua hal, bersabar dan mengikuti prosedural. Engkau harus bertahan untuk sebuah kelahiran, cinta dn kematian dengan sabar, engkau harus mengikuti alur semua kejadian itu dengan hukum Tuhan atau sunnatullah. Waktu akan memberikanmu medali keajaiban ketika engkau mengerti waktu tidak pernah berhenti dan berperasaan. Engkau hanya perlu itu....


Atau engkau akan menjalani dan mengisi waktu dengan dua hal, waktu akan membentuk dirimu pemain cadangan, pemain pengganti atau waktu menyeretmu kemana waktu suka berlabuh dan mendamparkan dirimu dari dunia kenyataan. Atau engkau menjadi penjual waktu atau jam_jangan biarkan waktu membuatmu terbunuh oleh dirimu sendiri

*Repost

Rabu, 12 November 2014

Selasa, 11 November 2014

Rindu tapi Malu :D



Selamat malam, semesta.

Aku sedang garuk-garuk kepala. Mandi cuma sekali, itupun sudah sangat pagi sekali. Bayangkan bagaimana sumpeknya isi kepalaku, menahan beban di kepala terkait beberapa acara, badan gatel-gatel belum mandi dan mencium bau nggak enak sana-sini (Ahaha, jorok banget yaa. Gini nih yang dibilang cewek? :D )

Seharian ini aku sibuk mempertanyakan komitmen diri. Aku ingin berkhianat pada keputusan yang beberapa bulan aku putuskan sendiri. Aku ingin nakal memanggilmu lagi, setiap hari.  Aku ingin menghujanimu dengan pertanyaan yang sama sekali nggak penting. Aku ingin. Pokoknya aku ingin. :/

Tapi aku nggak begitu goblok untuk ngeloakin di pasar minggu. Untuk menjadi lebih istimewa lebih menjadi keinginan utama para perempuan Indonesia, atau dimanapun. Lebih menjaga prinsip untuk dianggap tak seperti barang grosiran.

So, well well well. Aku kembali mengunci pintu mulut rapat-rapat. Menggembok pintu hati untuk tak cerewet di depanmu lagi. Aku di sini saja. Dengan atau tanpa siapapun. Tinggal bernyanyi. Menikmati dan mensyukuri apa yang sudah menjadi jatahku hari ini. Bahkan sampai kapanpun.

Okay. At least, aku memilih bahagia untuk kutetapi hari ini. Meski bahagia dalam rindu yang sama sekali nggak terbalas itu rasanya nyelekit di hati, kaki dan pipi. :D

Kamis, 06 November 2014

CANTIKNYA tuh DI SINI..! (Saat Hati Bisa Memposisikan Diri)




“Wajah menawan, sikap menyenangkan, incaran.
Wajah biasa, sikap istimewa, menggoda.
Wajah mempesona, sikap tanpa etika, percuma.
Wajah biasa, sikap tanpa etika, mati saja”.

              Dari kutipan unik dan cukup menggelikan di atas, saya lebih banyak mendapat pendukung  baru untuk sebuah pemahaman selama ini tentang kecantikan seorang perempuan. Bukan secara tiba-tiba pemikiran ini masuk otak dan terpaku dalam prinsip, dari awal saya sudah meyakinkan, setidanya untuk diri saya pribadi bahwa cantik dalam otak saya tidak melulu tentang bagaimana seorang wanita berpenampilan, selangsing apa dia, setebal apa alisnya, semanis apa senyumnya dan seelok apa rambutnya. Ini tentang bagaimana seorang wanita menjadi menyenangkan. Bagaimana wanita itu membagikan kebahagiaan pada orang di sekitarnya. Bagaimana wanita itu bersikap
              Dan sikap seseorang pun tidak melulu tentang bagaimana caranya bicara, caranya berjalan, dan caranya berpakaian. Seorang wanita itu cantik ketika ia bisa memposisikan diri. Bersikap sesuai kondisi dan situasi yang sedang ia hadapi. Persis seperti yang dikatakan seorang teman beberapa bulan lalu: ‘Kamu cantik ketika kamu bisa memposisikan diri’.
             
Cantik=Shalihah
              Ini hanyalah tulisan sederhana seorang perempuan yang juga berangkat dari kegalauan bagaimana seharusnya perempuan bersikap. Untuk menjadi menyenangkan, patut diperjuangkan serta bisa dibawa ke surga dan kebahagiaan. Saya hanya menuliskan sebatas apa yang mendesak dalam otak untuk segera saya tuangkan. Berdasarkan beberapa buku yang bisa jadi saya lupa judulnya, inspirasi dari film yang juga mungkin saya lupa pemainnya. Intinya dari pengalaman dan sedikit teori yang saya kantongi, saya ingin berbagi. Karena setidaknya dengan tulisan ini saya tahu bahwa saya tidak sedang berjuang sendirian menjadi wanita ideal atau mar’ah solihah yang selalu diidam-idamkan. Tak hanya oleh makhluk Tuhan bernama manusia, tapi lebih oleh lingkungan sosial, negara dan agama kita.  
 Tulisan ini jelas tidak saya arahkan ke fiksi, meski untk yang kesekian kali akan senantiasa kalian temui. Mari sejenak saja saya akan memaksakan diri, menjadi lebih masuk akal lagi. Berangkat dari beberapa sumber yang pernah saya ingat, saya akan memulai dari sini:  
Islam memiliki cara pandang tersendiri tentang perempuan shalihah yang dalam hemat saya adalah beberapa kriteria yang akan selalu membawa kita pada beberapa kalimat yang saya maksud di atas. Menjadi idaman semua hal. Sesuai sabda Rasul :
“Dunia itu perhiasan; sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah” (HR. Muslim dari Abdullah Ibn Amr ra)
“Siapa saja yang telah dikaruniai Allah wanita shaliha,h berarti Dia telah menolongnya dalam satu bagian agamanya. Oleh karena itu, hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam bagian yang kedua” (HR. al-Hakim dari Anas ra)

Berdasarkan dua hadits di atas, jelas bahwa kriteria wanita ideal yang layak didambakan dalam pandangan Islam adalah wanita shalihah (mar’atush sholihah). Hanya saja, seperti apa gambaran wanita shalehah, tentu haruslah dikembalikan kepada tuntunan syariat. Pertama, wanita shalihah adalah wanita yang memiliki keimanan yang tinggi. Yakni keimanan yang lahir dari syahadah yang lurus yang hakekatnya merupakan ikrar/persaksian untuk memurnikan pengabdian kepada Allah semata dan ketaatan pada Rasulullah SAW. Keimanan seperti ini akan mampu menggerakkan, mempengaruhi dan mendorong dirinya untuk selalu menjadikan keridhaan Allah dan RasulNya serta kemuliaan Islam sebagai tujuan tertinggi. Sehingga dia selalu siap berkorban dalam ketaatan dan menanggung derita di jalan Allah SWT.
Kedua, wanita Shalihah adalah wanita yang senantiasa bersegera dalam menjalankan ketundukan pada syari’at Allah dan RasulNya (al-Mubadiroh ilaal-itizami bi syar’i) dan ridho dengan segala ketetapanNya. Hal ini terkait dengan aspek yang pertama, yakni adanya pemahaman bahwa keimanan yang tinggi menuntut ketundukan tanpa reserve dan total. Dan ketundukan yang total plus tanpa reserve inilah yang akan menjadi washilah diperolehnya keridhaan Allah dan RasulNya.
Pada tataran praktisnya, keterikatan terhadap hukum syara yang menjadi kriteria wanita shalihah ini mencakup dimensi yang sangat luas, yakni mencakup seluruh kehidupan diri dan umatnya. Jadi bukan sekedar shalih dalam konteks pribadi saja, seperti taat beribadah (mahdhah), berakhlak terpuji dan berpenampilan sesuai syari’at (seperti menutup aurat dengan kerudung/khimar dan jilbab serta menundukkan pandangan dari yang diharamkan), menuntut ilmu dan sebagainya, melainkan dia juga terikat dengan hukum-hukum yang menyangkut peran-peran lainnya selain peran sebagai pribadi, seperti peran sebagai isteri dan ibu, dan peran sebagai anggota masyarakat. Berkaitan dengan peran-peran ini, terdapat beberapa nash yang menggambarkan kriteria wanita shalihah berikutnya.

Dalam Dua Peran Pentingnya
Dalam perannya sebagai isteri/ibu, wanita shalihah adalah wanita yang senantiasa taat pada suaminya selama tidak memerintahkan maksiat, senantiasa berusaha menyenangkan dan menenangkan suami untuk mencari keridhaannya, membantunya dalam urusan akhirat, memelihara rumah, anak-anak dan harta suaminya. Lebih dari sekedar seperti tumbuhan hijau dalam menyejukkan pandangan. Lebih dari sekedar kursi dalam hal sandaran. Hal ini tentu harus didudukkan dalam kerangka bahwa hakekat keberadaan pernikahan adalah hubungan persahabatan (shohbah) dalam menjalani ketaatan.
Perlu dipahami, bahwa peran sebagai isteri dan ibu (ummun wa rabbatul bayt) merupakan peran utama yang dibebankan oleh Allah SWT kepada para wanita. Oleh karenanya, wanita shalihah akan berupaya semaksimal mungkin agar beban ini dapat dilaksanakan sebaik-baiknya sekalipun sangat berat dan butuh pengorbanan yang tak semudah makan eskrim Vanilla. Keberadaan beban yang berat ini, juga tidak akan dijadikan alasan untuk menghindar dari pelaksanaan ketetapan syari’at Allah yang lainnya, apalagi jika hal tersebut berkenaan dengan perkara yang wajib. Hal ini karena dia akan selalu yakin, bahwa semua ketetapan yang Allah berikan adalah kebaikan baginya, dan seluruh hukum yang Allah syari’atkan pasti dalam batas kemampuannya.
Saya pernah berbincang dengan seorang teman tentang bagaimana seorang isteri bersikap ditengah keadaan suami yang mau poligami. Dalam menanggapi, tentu tak selamanya harus seratus persen melalui hati. Ada peran otak yang harus dipaksa mengimbangi. Tanya pada hati? Tentu siapa sudi. Tapi kali ini mari kita berpikir lebih jernih lagi, lebih bijak lagi. Silakan poligami asal bisa memposisikan diri. Sama dengan apa yang tengah dilakukan seorang istri, Menerima segala apapun yang ada. Penuh syukur, mencari titik positif saja, toh itu bukan larangan agama. Meski harus ribuan kali mengelus dada. Dan sungguh saudaraku, hai Perempuan! Tak ada yang lebih menengkan selain menerima. Awalnya memang mendorong kita untuk mati saja, tapi tunggulah, Tuhan punya ribuan rahasia.

Sebagai Bagian Dari Masyarakat
Sesungguhnya Islam telah memberikan ruang yang leluasa untuk berkiprah di dalam aktivitas yang terkait dengan perannya sebagai bagian dari anggota masyarakat, seperti kebolehan untuk terlibat dalam beberapa mu’amalah, melakukan aktivitas dakwah/amar ma’ruf nahi munkar serta memperhatikan urusan umat (beraktivitas politik) yang hukumnya memang wajib dan lain-lain.
Jika dikaitkan dengan kondisi umat saat ini yang jauh dari gambaran ideal masyarakat Islam, maka peran wanita shalihah menjadi lebih penting lagi terutama dalam proses mengubah masyarakat sekarang menjadi masyarakat Islam. Dalam hal ini, urgensi yang menuntut keterlibatan wanita antara lain :

a. Bahwa kaum wanita memegang peran penting dan strategis dalam mencetak generasi penerus umat yang memiliki kualitas mumpuni. Yakni berperan dalam mendidik dan membina anak-anak mereka dengan aqidah yang kuat yang akan melahirkan generasi yang tunduk pada syari’at dan siap untuk memperjuangkannya. Karena yang kita tahu, seorang ibu adalam lembaga pendidikan pertama untuk anak-anak di seluruh dunia.
b. Bahwa perubahan masyarakat ke arah Islam harus diusung dan diperjuangkan oleh seluruh komponen umat, baik pria maupun wanita. Di sisi lain tidak setiap wanita muslimah memiliki kesadaran yang sama akan pentingnya mewujudkan perubahan dengan landasan Islam, sehingga menjadi tugas para wanita sholihah untuk bergerak menyadarkan muslimah lainnya dari keterlenaan mereka dengan cara melakukan proses pembinaan yang mengarah pada pengokohan aqidah dan membangun ketaatan pada syari’at.

Lalu?
Dengan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menjadi wanita shalihah memang tidak mudah. Dalam hal ini diperlukan keyakinan dan pengorbanan yang tinggi sehingga seluruh kewajiban yang terbeban di pundak akan dapat dilaksanakan. Berkenaan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan :
1. Muslimah harus senantiasa memelihara keimanan dengan aktivitas taqorrub ilallah. Sehingga dengan cara ini akan senantiasa ada dorongan yang kuat untuk melakukan ketaatan kepada aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya.
2. Muslimah harus memiliki pemahaman yang utuh tentang hukum-hukum syari;at, termasuk yang berkaitan dengan seluruh aktivitasnya, baik yang menyangkut peran sebagai individu/pribadi, isteri/ibu maupun sebagai anggota masyarakat, sehingga, dia bisa memastikan bahwa tidak ada satu hukumpun yang luput dari pelaksanaannya. Oleh karenanya, penting bagi wanita shalihah untuk terus membina dirinya dan terlibat dalam sistem pembinaan yang terarah dan berkesinambungan.
3. Muslimah harus memahami konsep al-awlawiyaat (fiqih prioritas) yang bersandar pada hukum syara’ beserta manajemen waktu yang bagus.
4. Muslimah harus terus berupaya membangun dukungan dari orang-orang terdekat, sehingga bisa saling menguatkan dalam menjalani ketundukan kepada Allah dan Rasul, termasuk dalam aktivitas dakwah.
5. Muslimah harus memahami setiap realitas yang berkembang dengan pemahaman yang jernih dan utuh, baik berupa pemikiran, hukum-hukum, maupun realitas politik lain beserta analisis Islamnya sehingga mampu mengambil sikap dengan sikap yang benar (cerdas politik). Hal ini penting, terutama jika dikaitkan dengan posisi strategis muslimah sebagai ibu yang berperan penting dalam mencetak dan mendidik generasi Islam masa depan.
              Maka kepada seluruh perempuan yang selalu saya banggakan dimanapun dan kapanpun, selamat berbenah diri menjadi lebih baik lagi. Lebih kuasa memposisikan diri kapan harus cantik serta shalihah di mata agama, bangsa dan Negara yang kita punya. Para perempuan selalu bisa!. Bismillah!
             

Kamis, 02 Oktober 2014

Nait :*


Selamat malam! Selamat Tidur!


Rabu, 01 Oktober 2014

My Passion

Ayey!
Tuhan, Terimakasih. Itu saja :)

Pagi ini:
Aku berangkat ke kampus lebih pagi dari biasa. Bersama teman seasrama yang lumayan menyeimbangiku tingkat ke-error-annya. Namanya Anisa. Dia satu tingkat di atasku. Kita di jurusan yang sama: Bhasa dan Satra Arab. Meski satu kata terkhir itulah yang setiap hari ingin kulupakan dan tak ingin itu tertera dalam Ijazahku nanti. Tapi apa daya? Aku ngakak saja. Membayangkan impian yang sudah jelas tak bisa dicapai sekalipun oleh kepala. 

Sesampai di kampus, aku cukup lega mendapati beberapa teman kelas masih asik nongkrong di halaman dan depan jendela. Pertanda dosen bernama Pak Muntaha belum hadir. Hatiku girang. Waktuku konser bisa lebih panjang dari hari-hari sebelumnya. Haha. Aku beritahu dulu sebelumnya bahwa panggung paling keren menurutku setelah kamar mandi adalah kelas kuliah. Bisa dibilang setiap hari aku tak pernah absen menyanyi di depan mereka yang berulangkali sudah ingin menimpukku dengan sepatu dan sandal mereka masing-masing. Aku suka meramaikan kelas dengan suara yang menurutku pribadi hanya satu tingkat di bawah Afgan dan Bruno Mars (Faiq, sadarlah! Sadarlah!). Tapi bener, menurut beberapa teman juga suaraku berkarakter tapi masih perlu banyak latihan dan les vokal. Maklum dar kecil cuma Bapak sebagai guru privatku soal tarik suara. Beliau dulu pernah jadi artis desa. Cikiwir :D 

Spontan di kelas aku lepas tas. Meraih botol Aqua milik teman. Aku bernyanyi.
Satu lagu.
Dua lagu.
Banyak lagu :D

Ssst, aku melihat si Zen-temanku yang satu ini sering banget bikin aku terbang soal memuji suaraku, berulangkali juga dia merekam aku nyanyi, tanpa sungkan juga dia mendonlot lagu apa yang paling ingin dia dengar dariku- sedang ngotak-atik ponsel Appelnya. Aha! Aku langsung berinisiatif untuk rekaman lagi. 

"Zen, pinjem hape. Mau nyanyi". Dasar aku nggak tau malu.
"Nih, nyanyi di sini. Aku mau denger". Pintanya.
"Siap". Aku girang.

Akupun mulai mengganti botol Aqua dengan hape si Zen. Mulai menyanyi 'Cinta Tanpa Syarat'nya Afgan. Maklum, dia memang solo satu-satunya di Indonesia yang paling aku gilai. Ihihi. Cukup satu lagu, pikirku. Dan..
Tiba-tiba si Zen minta aku nyanyi BUNDAnya Melly Goeslaw. Untunglah aku masih ingat liriknya, dulu juga pernah tampil Padus selama di pondok semasa SMA. Dengan senang aku mengangguk. Kembali aku mulai asyik dengan suara dan laguku. Menyanyi. Tanpa beban apapun dalam hati.

Auk ingin begini setiap hari, Tuhan. Tak perlu suaraku di dengar seluruh rakyat Indonesia. Cukup di kelas saja dengan teman-teman kelas yang jumlahnya tak seberapa, selama mereka yang cuma 40-an mau dengan senang hati mendengarkan, itu sudah lebih dari cukup, Tuhan.

Dear God, aku selalu percaya. Engkau selalu peduli dimana hatiku berada dan tetap ingin tinggal untuk selama-lamanya. :)

With Love ❤

Warning! Ini adalah tulisan paling sia-sia. Tapi wajib kalian baca.

Anggaplah aku tokoh melankolis dalam sebuah alur cerita karangan penulis hebat. Lalu si tokoh aku menulis sebuah surat paling memilikuan.
Begini:

"Wahai kalian yang sering kupinjam telinganya saat aku mulai sibuk bercerita, yang sering kupinjam matanya saat aku sedang asyik-asyiknya menulis tentang apa saja, aku minta maaf. Meski aku sendiri yang sering memberitahu kalian betapa kata Terimakasih dan Maaf adalah dua kata paling tidak keren di dunia. Jika kalian tetap mempertahankan itu, baiklah. Aku rela menjadi yang paling tidak keren itu siang ini.


Aku cuma sedang menyamar menjadi Pemimpin Upacara yang bertugas melapor kepada sang Inspektur Upacara yang dalam benakku adalah kalian semua. Aku mau bilang bahwa besok-pagi sekali-aku akan pergi ke sebuah kota yang jangankan membayangkan, mendengar saja serasa otakku jauh terbang di atas kepala. Aku mau ke kota Imitasi serupa Thneedville yang sering aku ceritakan dalam film kesukaanku. Tak perlu kujelaskan lagi bagaimana suasanya kan? Intinya begini saja: Aku sedang tidak ingin melibatkan unsur manusia untuk hal-hal yang.. entahlah, mungkin apa saja. Sudah terlalu lama menjadi peran antagonis meski kujalankan dengan cara yang manis.
Satu kata tidak keren kedua: Terimakasih

Selamat siang!
*Met liefde "

We O We, Well ★

I will stop expecting someone

to always be able to come when I need.  

I had enough to make them sick of my empty talk vain.





Well, I went out from the presence of you all.  

Towards the world who knows what I'll give the name.  

Making pillows and wardrobes as the only friend to tell.  

Haha

Sincere :)

Mengenai beberapa orang yang sengaja dihadirkan lalu pergi secepat kilat, aku masih saja heran.

Mungkin kemampuanku yang jauh di bawah rata-rata untuk menyerap indikasi-indikasi pemahaman yang semesta berikan. 
Mungkin juga aku terlalu lama mempercayai bahwa hanya ada satu objek terindah di dunia: kamu.
Sehingga untuk peka terhadap situasi alampun, aku tak bisa. Lalu semua isi semestapun tau, aku salah.

Dan saat benar-benar itu semua terjadi, menerima adalah satu-satunya cara melawan firasat. 

**Aku siap. Karena sampai kapanpun aku tau, I'm not alone.

Selasa, 30 September 2014

Magic

“Saat yang kita butuhkan 

hanya satu sapa yang menghangatkan”


Itupun tak perlu senorak yang pernah kamu bayangkan. Aku sudah merasa sukses belajar banyak hal. Meski yang belum kupelajarai dan gagal aku selami justru lebih banyak lagi. Kau tahu? Hari ini aku ingin membekukan 'kita' yang semalam sibuk mencari sebuah kesepakatan. Kita bicarakan banyak hal dan panjang lebar dengan kondisi hati yang kuyakin suah lebih dari sekedar terbakar, tapi kita saling menahan, berusaha menetralkan. Itu hebat!

Kamu bilang takaran khawatirku untuk kehilangan berlebihan dan harus segera dikurangi mulai sekarang. Dan justru itu yang menurutmu kadang membuatmu mendapatkan pernyataan dan pertanyaan baru yang meski sampai kapan tak akan pernah kamu lontarkan. Lalu perlahan akan mengikis kepercayaan yang telah lama dan susah payah telaha kita bangun beberapa tahun silam. Alasan itu kenapa aku harus pandai-pandai kembali meletakkan kepercayaan, menurutmu.

Lalu akupun tak ada pilihan apa-apa selain mengiyakan. Disamping hal itu juga jelas menuju perbaiakan masa depan. Apalagi aku paling anti jika harus kamu todong sebagai pelaku pengikis kepercayaan. Meski sebenarnya latar belakang kekhawatiranku jelas bukan sebuah bentuk ketidakpercayaan, tapi itu murni kesalahanku mengungkapkan rasa sayang. Iya kan? 

Maka pada akhirnya, jangan salahkan aku jika aku lebih mencintaimu dengan caramu yang seperti ini. Kita sama memahami porsi masing-masing sebagai dua orang yang sama menambatkan keinginan pada jawaban Tuhan. Kita memang seharusnya lebih sederhana begini, tak perlu norak lagi layaknya anak SMP dan SMA yang baru mengenal cinta. Meski jujur, akupun baru mengalaminya. 

Dan sungguh, aku lebih nyaman dengan semua ini. Tak ada yang saling mengikat, selama ada hati masing-masing yang harus kita peluk erat. Tentu dengan Doa yang selalu dirapalkan setiap saat. 

Baiklah Al, ik hou van je :)

Alarm Pertama ☀

When the sun shine.

Saat-saat untuk kembali mencairkan otak yang telah lama dibekukan dalam kulkas menyebalkan bernama ratapan. Agar berkatifitas sebagaimana yang telah ditentukan sebagai tugas-tugasnya.

Lalu aku akan mulai memeras otak supaya lebih lembut menghadapi kenyataan bahkan yang paling menyakitkan sekalipun. Tidak mudah menyalahkan dan mudah menerima apa-apa yang sudah Tuhan gariskan dalam perjalanan ini. Agar tidak melulu mengeluh dan terlalu merisaukan banyak hal di luar porsi yang sudah ditetapkan. Hati? Jangat tanya lagi. Dia yang jadi nomor satu untuk kupaksa mencari zona nyaman sendiri dalam setiap peristiwa yang telah bahkan yang baru akan kita semu lewati.

Aku tau ini adalah saat-saat paling menegangkan. Paling menakutkan. Dan paling tak ingin aku lakukan. Tapi inilah satu-satunya cara mempertahankan kenyamanan banyak orang dan banyak hal. It's so hard. Tapi selama aku yakin, keragu-raguan mau ngomong apa? :p

Finally, the beginning is start here!

Sepotong Sore di Langit September

Selamat sore September..

Ini kutulis dalam beberapa jam sebelum senja: waktuku meminta segala organ tubuh untuk melaporkan kegiatannya seharian ini. Mau ketawa, nangis, nggerundel. Aku persilakan semua saudaraku menyampaikan keluhan dan kebanggaannya. Dan..

Kali ini aku akan melapor lebih awal, pinta sang Hati.

Lalu aku akan bicara atas nama Hati.

Begini:
Kau tau, semesta? Apa yang menggangguku bulan lalu? Aku Tuhan perkenalkan trik kesabaran yang lebih ekstra. Dimana yang paling aku butuhkan adalah ketenangan sampai di atas jam duabelas malam. Ini mata rasanya sudah menjadi mata terjelek dari yang pernah aku lihat sejak lahir. Berat badan juga entah berkurang berapa kilo di atas timbangan. Rambut yang memang dari awal acak-acakan, kali itu tambah berantakan. Aku bingung, itu sarang laba-laba atau anjing betina. Si pakaian juga sudah lama tak kurapikan dengan setrika warna biru milik anak kamar sebelah. Intinya aku amburadul banget sebulan ini (nggak hari ini loh ya :p )

Aku terlalu enggan menceritakan ada apa. Monster ingatanku sudah terlalu kejam memperingatkanku setiap malam. Aku dituntut untuk bisa menendangnya ke kandang paling jorok di sebuah desa terkumuh. Aku dilarang kembali merapikannya dalam lemari bernama kenangan. Tapi aku menyangkal. Dia siapa dan tau apa soal rasa sakit yang jujur aku sangat menikmati ketika merasakannya.

Dan berhari-hari setelahnya, aku serasa menemukan kebebasana luar biasa. Nyaman. Tenang. Tak banyak meminta dari seseorang. Happyfun aja :)

Sore ini, aku ingin mengenalkan senyum pertama paling tak ingin kulupakan dalam sejarah :)

Begini:(Ini bukan senyum kali. Ketawa :D )

Selasa, 17 Juni 2014

Milad Ku ♥

Sebelum benar-benar menutup hari, Tuhan resmi menyempurnakan bahagia. :)


Aku mereka kerjain habis-habisan. Seharian nangis nggak karuan. :)


Happu Birth Day to Me. Untung lagi cantik (ehem) fotonya :D


Ini kue murni temenku yang bikin: Sendiri: Finda


Masih belum puas, mukaku jadi objek krim :(


De Ain, Me, Finda: Kalian jahat yaa. Tapi romantis :D



Lup yu ol :*


Senin, 16 Juni 2014

Me: Selamat Hari Lahir. :)

 17 Juni.

Tak ada yang istimewa melebihi Doa-doa. Bangun pas tengah malam hanya untuk sebuah perayaan paling mengesankan untuk diri sendiri. Sejenak melupakan ada beban apa di hari esok. Tak banyak yang menemani, hanya aku, Tuhan, Puisi dan catatan.

Aku lebih jujur pada diri pribadi bahwa ini hari paling menyebalkan sekaligus membahagiakan. Bagaimana tidak? Aku ngilangin ATM temen. Peristowanya sudah lama, tapi baru memuncak pas di hariku. Sebuah rencana misteri kan? Aku nggak yakin bisa menutup hari ini dengan sebenar-benar senyum nanti.

Lalu pada Tuhan aku hanya minta yang terbaik. Entah dalam bentuk apa. Aku percaya Tuhan Maha baik atas setiap jalan yang diberikannya. Oh. Astaga. Mari sejenak atau bahkan selamanya: Lupakan tentang hal-hal yang menjengkelkan itu.

Hari ini aku bahagia. Resmi dua puluh tahun lalu aku dilahirkan ke dunia untuk mengecap rasa sayang, cinta dari makhluk Tuhan siapa saja.

Dear God
Terimakasih Tuhan. Untuk dua puluh tahun menjadikanku perempuan yang selalu kau beri pemahaman melalu berbagai cara. Agar aku tak hanya menganggap di dunia ini hanya ada bahagia. Tamparan dan lukapun itu caraMu mengajarkan cinta. Aku paham. Meski dalam kurun waktu yang sangat panjang.

Lovely Fams
Bapak, Ibuk. Terimakasih. Menjadi orang tua terbaik dan terhebat selama dua puluh tahun.  Kasih syang tanpa pamrih yang sampai kapanpun harus senantiasa kujaga dan balas dengan sebaik-baik pembalasan. Meski itu tak akan pernah sebanding. Memang tak akan pernah. Lup yu Pak, Buk. Ohya, Adek. Padamu aku selalu bangga.

Dearest Plend
Entah yang mengingat, mengucapkan selamat atau bahkan tak mengerti apa-apa tentang hari ini. Terimakasihkupun tak pernah lupa. Kalian yang selalu membuatku nyaman menjadi diri sendiri, seburuk apapun aku. Bersabar ya Tuhan kirimkan seorang teman gila macam ini di hadapan kalian. Izi, Dek Yunk, dan semuanya. Muuah

My Al
Aku sudah terbiasa tak menuntutmu apa-apa kan?
Sebab tak hanya satu orang yang bilang cinta itu tak butuh karena. Aku pun percaya itu. Harus malah jika tak mau selalu merasa terluka. :) Aku tak pernah keberatan kamu mau ingat ini hari apa atau tidak. Bicara kecewa pasti, tapi tak sedikitpun mengurangi kadar bahagiaku bisa mencintaimu. Unconditionally. :*


Finally: Happy Birth Day to Me. :* :*

Minggu, 14 Desember 2014

Hujan Tiga Rintik

Diposting oleh Unknown di 18.00 0 komentar

Kau tau kenapa turunnya air yang bersamaan dinamakan hujan? Aku sendiri tak tau mengapa. Yang pasti, saat ada yang turun bersamaan, kuberinama itu hujan.

Baiklah, lalu ini tentang cerita hujan. Bukan dari langit, bukan dari hasil uap. Tapi ini murni beberapa hal yang mendadak turun bersamaan. Entah darimana, tiba-tiba saja hatiku membasah.
Ya, ini tentang hujan. Tetesan bersamaan yang turun berupa mata-mata menyenangkan. Aku akan menceritakan dari awal, sampai klimaks yang akan membuatku tertawa terpingkal-pingkal.

Dari Hujan pertama:

Namanya Pablo. Lelaki realis dengan model rambut tipis. Agak hitam tapi sangat manis. Sungguh. Dia manis. Sepanjang hidup, hanya sekali aku melihatnya secara langsung. Itupun sudah beberapa tahun yang lalu. Dan ada yang tak bisa dipungkiri dalam teks doa yang setiap malam aku rapalkan. Aku menginginkan untuk menjumpainya kembali entah kapan. Dia menemuiku saat dia dalam kekalutan besar. Saat benar-benar tak punya kekuatan. Sebagai teman yang baik, aku berusaha menyihir diriku sedemikian rupa agar tampak menyenangkan dan sedikit membuatnya merasa punya pegangan. Aku sok bijak, sok sabar, sok baik dan sok-sok yang lain. Entah dengan cara apa dia mulai menghargaiku dan tak sesederhana hanya mengakui keberadaanku sebagai teman. Lebih dari itu. Tapi dasar dia si lelaki matang, caranya sungguh tak pasaran. Beberapa kali aku hanya berani menyimpulkan, dengan pengamatan yang bisa jadi itu fatal: Kurasa dia mulai menyukaiku. Bukan cinta. Sekedar suka. Berulangkali dia bilang aku satu-satunya teman yang paling enak diajak bicara, karena aku memiliki tingkat kepekaan yang luar biasa, menurutnya. Soal kekanakanku memang dia selalu mempermasalahkan, barangkali tak sesuai dengan isi otaknya yang menurutku bisa bikin seseorang lebih tua dari biasanya. Tapi secara keseluruhan, dia hanya tak punya cara mengungkapkan. Entah menunggu atau memang tak ada sesuatu.

Hujan kedua:

Namanya Hati. Sebenarnya aku ragu dengan penamaan itu. Tapi biarlah, sebagai anak Sastra Arab, aku gunakan sedikit mufrodat yang sudah sejak SD Ibu guru ajarkan. Aku ambil dari nama aslinya lalu kuterjemahkan. J Dia labih deras dari hujan pertama, entah wajah dan segala bentuk perhatiannya. Tak cuma manis, yang ini sudah banyak diidolakan teman-teman sekampus apalagi mahasiswa baru. Oh. Orangnya dingin. Tak punya selera humor yang tinggi. Tapi enak diajak ngobrol. Aku kenal dia dari salah satu organisasi yang aku geluti di fakultas. Sampai di tahun kedua, kita sama berada di dua organisasi yang sama. Pernah sekali aku benar-benar jadi partner kerjanya. Dia ketua, aku sekretarisnya. Mungkin dari sanalah cerita ini bermula. Pepatah lama memang selalu benar adanya, bahwa rasa suka akan datang saat sudah sering bersama. Kali ini aku berani mengiyakan. Karena sangat jelas dia menampakkan tanda-tanda yang membuatku tak bisa tidur siang malam. Hingga pada suatu sore, “Musuhan itu penting. Sebab aku selalu tegerak untuk memperhatikan setiap gerakmu. Dan itu sekuat tenaga berusaha aku sangkal, tak boleh ada suatu hubungan dengan saudara seatap”. Nah, aku sebagai perempuan biasa yang cenderung labil, mulai memikirkan kata-katanya dengan matang. Lama kita tak saling sapa. Bertemupun hanya sekedar nyubit, mandang dan mengacak kepala. Tak ada bahasa, lalu saling pergi meninggalkan. Itu yang aku rasakan sangat menyulitkannya. Aku sementara tidak masalah. Meski kutahu dia mati-matian tak mau menggubris perasaannnya sendiri terhadapku. Kadang aku berpikir, perlukah aku keluar dari organisasi untuk membuat hatinya lebih tenang dan nyaman? Tapi dasar dia bisa membaca pikiranku, beberapa bulan kemudian, dia kembali mengakrabiku seperti semula. Hingga sekarang, seperti ada suatu hal yang sama kita tahu, tanpa harus ada yang memberitahu. Cukup saling merasakan. Ah.

Hujan ketiga, sementara untuk yang terakhir:

Namanya Puisi. Kenapa begitu? Dia penyair. Pandai mengolah kata sampai aku serasa di surga. Semua orang taulah begaimana aku sangat menghargai sebuah bahasa. Bagiku itu lebih jujur dari sebuah kata-kata. Saat menemuiku pertama kali, persis seperti si hujan pertama: Dalam kekalutan besar. Tpi ini beda, dia labih kekanakan. Oh iya, lupa aku perkenalkan. Wajahnya kalem. Tidak begitu tinggi. Satu hal yang membuatku kadang geli sendiri jika harus membayangkan dengannya: Dia putra sulung seorang Ustadzku di pondok dulu. Dari sisi ini, kadang aku sedikit berharap lebih banyak. Tapi apalah arti nasab. :D Dia orang yang jujur, mengaku masih juga mencintai perempuannya yang pertama. Aku sih tak masalah. Kita jalani saja apa adanya. Sederhana. Yang penting bisa saling bertukar bahagia.

Untuk ketiga hujan, aku bersyukur sama Tuhan. Dulu kupikir tak akan pernah kutemukan makhluk-makhluk yang mau serius dan tak main-main di depanku. Thank’s God. Tapi sama sekali aku belum berani menyematkannya di sudut-sudut kosong di lemari dada. Aku belum yakin. Apalagi mengingat tanahku masih menggenang, baru saja banjir oleh lelaki bernama Sandal. Tentang sosoknya, tak perlu kuceritakan di sini. Kurasa tulisan-tulisan sebelumnya murni tentangnya yang kuistimewakan, sendirian. Intinya dia lelaki yang membuatku tak mau berhenti tersenyum dalam sebuah ingatan. 

Tanpa mau dianggap gila meski setiap saat aku terbahak sendirian saat mengingatnya. Sandal Oh Sandal.

Percaya atau tidak, saat menulis ini, di luar mendadak hujan. Spontan tanahku basah. Sebasah hati pertama yang masih berusaha kupegang erat: Al.

11 Juni 2014

Secangkir Coklat Surabaya.

Aku Curiga.

Diposting oleh Unknown di 17.42 0 komentar

Tentangku yang akhir-akhir ini sudah membosankan atau sudah sangat tak menyenangkan, itu wajar. Sebab kamu manusia pada umumnya yang menurut temanku memang memiliki titik jenuh itu. Barangkali aku saja sebagai entah makhluk mana merasa tersanjung terlalu besar dulunya. Padahal mungkin memang tak pernah ada cinta.
          

Seketika aku ingin memotong gigi geraham agar tak sedikitpun aku menggeram saat tau aku terabaikan untuk sebuah kesenangan yang baru saja kau dapatkan. Mungkin.
          

Temanku bilang, tingkat kepekaan seorang wanita jauh lebih kuat dibanding lelaki manapun. Dan ia buktikan setelah mengamatiku selama berbulan-bulan. Kali ini aku mau menyetujui seratus delapan puluh persen: Aku peka. Bahkan sudah sejak lama aku berpikir apa yang tak pernah kamu pikirkan. Kamu sedang sama yang lain kan? Entah mau kau istilahkan apa, saudara, tetangga atau apalah. Intinya kau sedang menikmati sebuah kesenangan baru.
         

Awalnya aku diam saja, menjalankan titah seorang perempuan baik yang meski pada suatu saat harus rela dibilang begok dan goblok. Aku tak pernah menyunting apapun privasimu, karena kutahu kau tak suka itu. Lama kelamaan, berdiam serasa membunuhku pelan-pelan. Karena aku harus memperjuangkanmu sendirian.
          

Aku ingin teriak sekencang-kencangnya. Aku tak suka basa-basi. Aku tau. Kamu selingkuh. Titik.          Kupikir tak boleh memanjangkan praduga sampai ke titik-titik yang mengancam kita. Tapi justru kecurigaan awal itulah yang berhasil mendasari isu menjadi fakta. Kau tau aku berasal  dari sebuah kecurigaan. Tapi nyatanya benar kan? Lalu sekarang aku bisa apa? Menuduhmu dengan mata menuding tepat di kepalamu? Kurasa setelahnya aku dipecat dari komunitas perempuan baik-baik.
         

Kau tau aku paling takut dan enggan mengambil sebuah keputusan yang cukup memberatkan. Aku tak mau jadi subyek yang pertama melepaskan. Apalagi jika harus membebanimu tuduhan. Kutahu kamu pintar mengelak dan mengembalikan segala sesuatunya seperti tak ada apa-apa. Aku bahkan dengan sangat bangga tampak bodoh di depanmu untuk cari aman. Siapa yang pengecut di sini? Aku yang tak mampu jadi diri sendiri atau kamu yang tugasnya hanya mengibuli? Aku lebih memilih disakiti daripada harus menyakiti. Tapi akupun tidak yakin aku baik-baik saja dalam bertahan. Lalu aku harus gimana, Al? Aku perlu lari ke langit ke tujuh untuk mencari sebuah kejujuran?
         

Dalam hal ini sama sekali aku tak pernah takut dilepaskan. Bahkan tak jarang aku malah mendoakan. Aku hanya ingin bebas dengan rasaku, Al. Karena saat ada yang saling melepas, segala halnya murni menjadi hakku. Cinta, cemburu, rindu dan apapun itu murni bebas kumiliki kapan saja tapi dengan catatan tanpa kau tau. Kadang aku berfikir sebaiknya begitu. Daripada harus sok memiliki tapi berani menyakiti.
          


Tuhan, otakku sedang acak-acakan, amburadul dan tak karuan.
14 Juni 201400:07

Kamis, 04 Desember 2014

Kuberinama Kau Alam.

Diposting oleh Unknown di 01.30 0 komentar
Selamat siang, semesta!
Selamat siang, alam!
Selamat siang, angin!
Selamat siang, dingin!
Selamat siang, Al!

Aku selalu mengingat dengan jelas beberapa hal yang baru kudengar tapi bisa mempengaruhi mindsetku dari sebelumnya. Seperti sehari sebelum aku menulis ini, aku kembali disadarkan betapa segala yang ada itu mampu hidup. Maka jangan tanya mengapa saat aku mulai bosan berkomunikasi dengan manusia.

Tapi sebelum itu, aku bersusah payah mengkorelasikan apa yang dibicarakan dosenku panjang lebar dengan satu hal yang selalu kuingat entah dimana dan waktunya kapan: kamu.

Kamu tau? Semua yang ada di alam ini bisa kita ajak komunikasi. Sekalipun mereka tak pandai merespon dan membuat kita mengangguk-angguk pasti. Bicara dengan alam tentu semakin membuat kita digandrungi banyak hal, tapi percayalah alam akan menjawab tidak dengan bahasa dan perkataan. Melainkan dengan kenyatan.

Lalu kalau tumbuhan saja bisa lebih subur saat dalam proses penanamannya selalu dipuji dan diajak bicara, kenapa kamu tidak? :p
Finally, aku bertekad akan semakin gila menjadikanmu objek dalam setiap cerita. Menceritakanmu banyak hal tanpa khawatir kamu tak mendengar. Aku semakin bertekad mengagumimu sedemikian rupa. Sebab aku percaya pada akhirnya kamu akan paham seberapa sulit saat kamu menjadi objek yang ditinggalkan. :)

#withlove

Minggu, 30 November 2014

December Wish.

Diposting oleh Unknown di 17.41 0 komentar
Selamat pagi Desember..

Ini bulan yang kutunggu-tunggu selama empat bulan terakhir. Penasaran dengan penyambutan hati sendiri. Sebab tak ada ingatan yang bersedia dianggurkan di tong sampah. Dia dengan kurang ajarnya memaksa si pemilik kembali memikirkannya. Tak peduli sesulit apa kondisi hati selama proses itu. Ada yang tahu? Di bulan ini peristiwa-peristiwa menyebalkan sekaligus membahagiakan mulai terjadi. Dua tahun yang lalu. Awalnya tak ada yang mengira pada akhirnya kita akan saling menyemangati, menasihati, lalu menyakiti. Haha.

Tak ada yang kulupa. Mulai dari naik ke lemari untuk mendengar suara jelek yang pada akhirnya menjadi suara paling merdu sedunia, sampai mulai mencari panggilan keren tapi nggak norak. Kita kebingungan. Setiap jam berganti panggilan. Lalu?







Sebentar, saya tidak bisa meneruskan cerita. :'(

Kamis, 13 November 2014

Who is Time?

Diposting oleh Unknown di 19.37 0 komentar


Ini tentang waktu yang melahirkan, kehidupan, cinta dan kematian. Waktu yang tidak dapat kau lawan, tidak dapat kau miliki, waktu yang menayangkan setiap kejadian dan ketentuan. Waktu yang tidak membiarkan semuanya stagnan dan dapat diputar ulang, waktu yang selalu ada didalam tawa, tangis, waras, gila, jahat, nista, mulia, surga, neraka, malaikat, iblis, alam, dn pencipta waktu itu sendiri. 

Waktu penentu yang engkau inginkan, waktu hanya menginginkan engkau tau dua hal, bersabar dan mengikuti prosedural. Engkau harus bertahan untuk sebuah kelahiran, cinta dn kematian dengan sabar, engkau harus mengikuti alur semua kejadian itu dengan hukum Tuhan atau sunnatullah. Waktu akan memberikanmu medali keajaiban ketika engkau mengerti waktu tidak pernah berhenti dan berperasaan. Engkau hanya perlu itu....


Atau engkau akan menjalani dan mengisi waktu dengan dua hal, waktu akan membentuk dirimu pemain cadangan, pemain pengganti atau waktu menyeretmu kemana waktu suka berlabuh dan mendamparkan dirimu dari dunia kenyataan. Atau engkau menjadi penjual waktu atau jam_jangan biarkan waktu membuatmu terbunuh oleh dirimu sendiri

*Repost

Rabu, 12 November 2014

For the First Time

Diposting oleh Unknown di 08.02 0 komentar



***Auditorium UIN Sunan Ampel, Surabaya
05 Nopember 2014

Missing you Al :*

Diposting oleh Unknown di 07.37 0 komentar

Selasa, 11 November 2014

Rindu tapi Malu :D

Diposting oleh Unknown di 07.25 0 komentar


Selamat malam, semesta.

Aku sedang garuk-garuk kepala. Mandi cuma sekali, itupun sudah sangat pagi sekali. Bayangkan bagaimana sumpeknya isi kepalaku, menahan beban di kepala terkait beberapa acara, badan gatel-gatel belum mandi dan mencium bau nggak enak sana-sini (Ahaha, jorok banget yaa. Gini nih yang dibilang cewek? :D )

Seharian ini aku sibuk mempertanyakan komitmen diri. Aku ingin berkhianat pada keputusan yang beberapa bulan aku putuskan sendiri. Aku ingin nakal memanggilmu lagi, setiap hari.  Aku ingin menghujanimu dengan pertanyaan yang sama sekali nggak penting. Aku ingin. Pokoknya aku ingin. :/

Tapi aku nggak begitu goblok untuk ngeloakin di pasar minggu. Untuk menjadi lebih istimewa lebih menjadi keinginan utama para perempuan Indonesia, atau dimanapun. Lebih menjaga prinsip untuk dianggap tak seperti barang grosiran.

So, well well well. Aku kembali mengunci pintu mulut rapat-rapat. Menggembok pintu hati untuk tak cerewet di depanmu lagi. Aku di sini saja. Dengan atau tanpa siapapun. Tinggal bernyanyi. Menikmati dan mensyukuri apa yang sudah menjadi jatahku hari ini. Bahkan sampai kapanpun.

Okay. At least, aku memilih bahagia untuk kutetapi hari ini. Meski bahagia dalam rindu yang sama sekali nggak terbalas itu rasanya nyelekit di hati, kaki dan pipi. :D

Kamis, 06 November 2014

CANTIKNYA tuh DI SINI..! (Saat Hati Bisa Memposisikan Diri)

Diposting oleh Unknown di 19.36 0 komentar



“Wajah menawan, sikap menyenangkan, incaran.
Wajah biasa, sikap istimewa, menggoda.
Wajah mempesona, sikap tanpa etika, percuma.
Wajah biasa, sikap tanpa etika, mati saja”.

              Dari kutipan unik dan cukup menggelikan di atas, saya lebih banyak mendapat pendukung  baru untuk sebuah pemahaman selama ini tentang kecantikan seorang perempuan. Bukan secara tiba-tiba pemikiran ini masuk otak dan terpaku dalam prinsip, dari awal saya sudah meyakinkan, setidanya untuk diri saya pribadi bahwa cantik dalam otak saya tidak melulu tentang bagaimana seorang wanita berpenampilan, selangsing apa dia, setebal apa alisnya, semanis apa senyumnya dan seelok apa rambutnya. Ini tentang bagaimana seorang wanita menjadi menyenangkan. Bagaimana wanita itu membagikan kebahagiaan pada orang di sekitarnya. Bagaimana wanita itu bersikap
              Dan sikap seseorang pun tidak melulu tentang bagaimana caranya bicara, caranya berjalan, dan caranya berpakaian. Seorang wanita itu cantik ketika ia bisa memposisikan diri. Bersikap sesuai kondisi dan situasi yang sedang ia hadapi. Persis seperti yang dikatakan seorang teman beberapa bulan lalu: ‘Kamu cantik ketika kamu bisa memposisikan diri’.
             
Cantik=Shalihah
              Ini hanyalah tulisan sederhana seorang perempuan yang juga berangkat dari kegalauan bagaimana seharusnya perempuan bersikap. Untuk menjadi menyenangkan, patut diperjuangkan serta bisa dibawa ke surga dan kebahagiaan. Saya hanya menuliskan sebatas apa yang mendesak dalam otak untuk segera saya tuangkan. Berdasarkan beberapa buku yang bisa jadi saya lupa judulnya, inspirasi dari film yang juga mungkin saya lupa pemainnya. Intinya dari pengalaman dan sedikit teori yang saya kantongi, saya ingin berbagi. Karena setidaknya dengan tulisan ini saya tahu bahwa saya tidak sedang berjuang sendirian menjadi wanita ideal atau mar’ah solihah yang selalu diidam-idamkan. Tak hanya oleh makhluk Tuhan bernama manusia, tapi lebih oleh lingkungan sosial, negara dan agama kita.  
 Tulisan ini jelas tidak saya arahkan ke fiksi, meski untk yang kesekian kali akan senantiasa kalian temui. Mari sejenak saja saya akan memaksakan diri, menjadi lebih masuk akal lagi. Berangkat dari beberapa sumber yang pernah saya ingat, saya akan memulai dari sini:  
Islam memiliki cara pandang tersendiri tentang perempuan shalihah yang dalam hemat saya adalah beberapa kriteria yang akan selalu membawa kita pada beberapa kalimat yang saya maksud di atas. Menjadi idaman semua hal. Sesuai sabda Rasul :
“Dunia itu perhiasan; sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah” (HR. Muslim dari Abdullah Ibn Amr ra)
“Siapa saja yang telah dikaruniai Allah wanita shaliha,h berarti Dia telah menolongnya dalam satu bagian agamanya. Oleh karena itu, hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam bagian yang kedua” (HR. al-Hakim dari Anas ra)

Berdasarkan dua hadits di atas, jelas bahwa kriteria wanita ideal yang layak didambakan dalam pandangan Islam adalah wanita shalihah (mar’atush sholihah). Hanya saja, seperti apa gambaran wanita shalehah, tentu haruslah dikembalikan kepada tuntunan syariat. Pertama, wanita shalihah adalah wanita yang memiliki keimanan yang tinggi. Yakni keimanan yang lahir dari syahadah yang lurus yang hakekatnya merupakan ikrar/persaksian untuk memurnikan pengabdian kepada Allah semata dan ketaatan pada Rasulullah SAW. Keimanan seperti ini akan mampu menggerakkan, mempengaruhi dan mendorong dirinya untuk selalu menjadikan keridhaan Allah dan RasulNya serta kemuliaan Islam sebagai tujuan tertinggi. Sehingga dia selalu siap berkorban dalam ketaatan dan menanggung derita di jalan Allah SWT.
Kedua, wanita Shalihah adalah wanita yang senantiasa bersegera dalam menjalankan ketundukan pada syari’at Allah dan RasulNya (al-Mubadiroh ilaal-itizami bi syar’i) dan ridho dengan segala ketetapanNya. Hal ini terkait dengan aspek yang pertama, yakni adanya pemahaman bahwa keimanan yang tinggi menuntut ketundukan tanpa reserve dan total. Dan ketundukan yang total plus tanpa reserve inilah yang akan menjadi washilah diperolehnya keridhaan Allah dan RasulNya.
Pada tataran praktisnya, keterikatan terhadap hukum syara yang menjadi kriteria wanita shalihah ini mencakup dimensi yang sangat luas, yakni mencakup seluruh kehidupan diri dan umatnya. Jadi bukan sekedar shalih dalam konteks pribadi saja, seperti taat beribadah (mahdhah), berakhlak terpuji dan berpenampilan sesuai syari’at (seperti menutup aurat dengan kerudung/khimar dan jilbab serta menundukkan pandangan dari yang diharamkan), menuntut ilmu dan sebagainya, melainkan dia juga terikat dengan hukum-hukum yang menyangkut peran-peran lainnya selain peran sebagai pribadi, seperti peran sebagai isteri dan ibu, dan peran sebagai anggota masyarakat. Berkaitan dengan peran-peran ini, terdapat beberapa nash yang menggambarkan kriteria wanita shalihah berikutnya.

Dalam Dua Peran Pentingnya
Dalam perannya sebagai isteri/ibu, wanita shalihah adalah wanita yang senantiasa taat pada suaminya selama tidak memerintahkan maksiat, senantiasa berusaha menyenangkan dan menenangkan suami untuk mencari keridhaannya, membantunya dalam urusan akhirat, memelihara rumah, anak-anak dan harta suaminya. Lebih dari sekedar seperti tumbuhan hijau dalam menyejukkan pandangan. Lebih dari sekedar kursi dalam hal sandaran. Hal ini tentu harus didudukkan dalam kerangka bahwa hakekat keberadaan pernikahan adalah hubungan persahabatan (shohbah) dalam menjalani ketaatan.
Perlu dipahami, bahwa peran sebagai isteri dan ibu (ummun wa rabbatul bayt) merupakan peran utama yang dibebankan oleh Allah SWT kepada para wanita. Oleh karenanya, wanita shalihah akan berupaya semaksimal mungkin agar beban ini dapat dilaksanakan sebaik-baiknya sekalipun sangat berat dan butuh pengorbanan yang tak semudah makan eskrim Vanilla. Keberadaan beban yang berat ini, juga tidak akan dijadikan alasan untuk menghindar dari pelaksanaan ketetapan syari’at Allah yang lainnya, apalagi jika hal tersebut berkenaan dengan perkara yang wajib. Hal ini karena dia akan selalu yakin, bahwa semua ketetapan yang Allah berikan adalah kebaikan baginya, dan seluruh hukum yang Allah syari’atkan pasti dalam batas kemampuannya.
Saya pernah berbincang dengan seorang teman tentang bagaimana seorang isteri bersikap ditengah keadaan suami yang mau poligami. Dalam menanggapi, tentu tak selamanya harus seratus persen melalui hati. Ada peran otak yang harus dipaksa mengimbangi. Tanya pada hati? Tentu siapa sudi. Tapi kali ini mari kita berpikir lebih jernih lagi, lebih bijak lagi. Silakan poligami asal bisa memposisikan diri. Sama dengan apa yang tengah dilakukan seorang istri, Menerima segala apapun yang ada. Penuh syukur, mencari titik positif saja, toh itu bukan larangan agama. Meski harus ribuan kali mengelus dada. Dan sungguh saudaraku, hai Perempuan! Tak ada yang lebih menengkan selain menerima. Awalnya memang mendorong kita untuk mati saja, tapi tunggulah, Tuhan punya ribuan rahasia.

Sebagai Bagian Dari Masyarakat
Sesungguhnya Islam telah memberikan ruang yang leluasa untuk berkiprah di dalam aktivitas yang terkait dengan perannya sebagai bagian dari anggota masyarakat, seperti kebolehan untuk terlibat dalam beberapa mu’amalah, melakukan aktivitas dakwah/amar ma’ruf nahi munkar serta memperhatikan urusan umat (beraktivitas politik) yang hukumnya memang wajib dan lain-lain.
Jika dikaitkan dengan kondisi umat saat ini yang jauh dari gambaran ideal masyarakat Islam, maka peran wanita shalihah menjadi lebih penting lagi terutama dalam proses mengubah masyarakat sekarang menjadi masyarakat Islam. Dalam hal ini, urgensi yang menuntut keterlibatan wanita antara lain :

a. Bahwa kaum wanita memegang peran penting dan strategis dalam mencetak generasi penerus umat yang memiliki kualitas mumpuni. Yakni berperan dalam mendidik dan membina anak-anak mereka dengan aqidah yang kuat yang akan melahirkan generasi yang tunduk pada syari’at dan siap untuk memperjuangkannya. Karena yang kita tahu, seorang ibu adalam lembaga pendidikan pertama untuk anak-anak di seluruh dunia.
b. Bahwa perubahan masyarakat ke arah Islam harus diusung dan diperjuangkan oleh seluruh komponen umat, baik pria maupun wanita. Di sisi lain tidak setiap wanita muslimah memiliki kesadaran yang sama akan pentingnya mewujudkan perubahan dengan landasan Islam, sehingga menjadi tugas para wanita sholihah untuk bergerak menyadarkan muslimah lainnya dari keterlenaan mereka dengan cara melakukan proses pembinaan yang mengarah pada pengokohan aqidah dan membangun ketaatan pada syari’at.

Lalu?
Dengan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menjadi wanita shalihah memang tidak mudah. Dalam hal ini diperlukan keyakinan dan pengorbanan yang tinggi sehingga seluruh kewajiban yang terbeban di pundak akan dapat dilaksanakan. Berkenaan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan :
1. Muslimah harus senantiasa memelihara keimanan dengan aktivitas taqorrub ilallah. Sehingga dengan cara ini akan senantiasa ada dorongan yang kuat untuk melakukan ketaatan kepada aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya.
2. Muslimah harus memiliki pemahaman yang utuh tentang hukum-hukum syari;at, termasuk yang berkaitan dengan seluruh aktivitasnya, baik yang menyangkut peran sebagai individu/pribadi, isteri/ibu maupun sebagai anggota masyarakat, sehingga, dia bisa memastikan bahwa tidak ada satu hukumpun yang luput dari pelaksanaannya. Oleh karenanya, penting bagi wanita shalihah untuk terus membina dirinya dan terlibat dalam sistem pembinaan yang terarah dan berkesinambungan.
3. Muslimah harus memahami konsep al-awlawiyaat (fiqih prioritas) yang bersandar pada hukum syara’ beserta manajemen waktu yang bagus.
4. Muslimah harus terus berupaya membangun dukungan dari orang-orang terdekat, sehingga bisa saling menguatkan dalam menjalani ketundukan kepada Allah dan Rasul, termasuk dalam aktivitas dakwah.
5. Muslimah harus memahami setiap realitas yang berkembang dengan pemahaman yang jernih dan utuh, baik berupa pemikiran, hukum-hukum, maupun realitas politik lain beserta analisis Islamnya sehingga mampu mengambil sikap dengan sikap yang benar (cerdas politik). Hal ini penting, terutama jika dikaitkan dengan posisi strategis muslimah sebagai ibu yang berperan penting dalam mencetak dan mendidik generasi Islam masa depan.
              Maka kepada seluruh perempuan yang selalu saya banggakan dimanapun dan kapanpun, selamat berbenah diri menjadi lebih baik lagi. Lebih kuasa memposisikan diri kapan harus cantik serta shalihah di mata agama, bangsa dan Negara yang kita punya. Para perempuan selalu bisa!. Bismillah!
             

Kamis, 02 Oktober 2014

Nait :*

Diposting oleh Unknown di 08.32 0 komentar

Selamat malam! Selamat Tidur!


Rabu, 01 Oktober 2014

My Passion

Diposting oleh Unknown di 20.24 0 komentar
Ayey!
Tuhan, Terimakasih. Itu saja :)

Pagi ini:
Aku berangkat ke kampus lebih pagi dari biasa. Bersama teman seasrama yang lumayan menyeimbangiku tingkat ke-error-annya. Namanya Anisa. Dia satu tingkat di atasku. Kita di jurusan yang sama: Bhasa dan Satra Arab. Meski satu kata terkhir itulah yang setiap hari ingin kulupakan dan tak ingin itu tertera dalam Ijazahku nanti. Tapi apa daya? Aku ngakak saja. Membayangkan impian yang sudah jelas tak bisa dicapai sekalipun oleh kepala. 

Sesampai di kampus, aku cukup lega mendapati beberapa teman kelas masih asik nongkrong di halaman dan depan jendela. Pertanda dosen bernama Pak Muntaha belum hadir. Hatiku girang. Waktuku konser bisa lebih panjang dari hari-hari sebelumnya. Haha. Aku beritahu dulu sebelumnya bahwa panggung paling keren menurutku setelah kamar mandi adalah kelas kuliah. Bisa dibilang setiap hari aku tak pernah absen menyanyi di depan mereka yang berulangkali sudah ingin menimpukku dengan sepatu dan sandal mereka masing-masing. Aku suka meramaikan kelas dengan suara yang menurutku pribadi hanya satu tingkat di bawah Afgan dan Bruno Mars (Faiq, sadarlah! Sadarlah!). Tapi bener, menurut beberapa teman juga suaraku berkarakter tapi masih perlu banyak latihan dan les vokal. Maklum dar kecil cuma Bapak sebagai guru privatku soal tarik suara. Beliau dulu pernah jadi artis desa. Cikiwir :D 

Spontan di kelas aku lepas tas. Meraih botol Aqua milik teman. Aku bernyanyi.
Satu lagu.
Dua lagu.
Banyak lagu :D

Ssst, aku melihat si Zen-temanku yang satu ini sering banget bikin aku terbang soal memuji suaraku, berulangkali juga dia merekam aku nyanyi, tanpa sungkan juga dia mendonlot lagu apa yang paling ingin dia dengar dariku- sedang ngotak-atik ponsel Appelnya. Aha! Aku langsung berinisiatif untuk rekaman lagi. 

"Zen, pinjem hape. Mau nyanyi". Dasar aku nggak tau malu.
"Nih, nyanyi di sini. Aku mau denger". Pintanya.
"Siap". Aku girang.

Akupun mulai mengganti botol Aqua dengan hape si Zen. Mulai menyanyi 'Cinta Tanpa Syarat'nya Afgan. Maklum, dia memang solo satu-satunya di Indonesia yang paling aku gilai. Ihihi. Cukup satu lagu, pikirku. Dan..
Tiba-tiba si Zen minta aku nyanyi BUNDAnya Melly Goeslaw. Untunglah aku masih ingat liriknya, dulu juga pernah tampil Padus selama di pondok semasa SMA. Dengan senang aku mengangguk. Kembali aku mulai asyik dengan suara dan laguku. Menyanyi. Tanpa beban apapun dalam hati.

Auk ingin begini setiap hari, Tuhan. Tak perlu suaraku di dengar seluruh rakyat Indonesia. Cukup di kelas saja dengan teman-teman kelas yang jumlahnya tak seberapa, selama mereka yang cuma 40-an mau dengan senang hati mendengarkan, itu sudah lebih dari cukup, Tuhan.

Dear God, aku selalu percaya. Engkau selalu peduli dimana hatiku berada dan tetap ingin tinggal untuk selama-lamanya. :)

With Love ❤

Diposting oleh Unknown di 19.24 0 komentar
Warning! Ini adalah tulisan paling sia-sia. Tapi wajib kalian baca.

Anggaplah aku tokoh melankolis dalam sebuah alur cerita karangan penulis hebat. Lalu si tokoh aku menulis sebuah surat paling memilikuan.
Begini:

"Wahai kalian yang sering kupinjam telinganya saat aku mulai sibuk bercerita, yang sering kupinjam matanya saat aku sedang asyik-asyiknya menulis tentang apa saja, aku minta maaf. Meski aku sendiri yang sering memberitahu kalian betapa kata Terimakasih dan Maaf adalah dua kata paling tidak keren di dunia. Jika kalian tetap mempertahankan itu, baiklah. Aku rela menjadi yang paling tidak keren itu siang ini.


Aku cuma sedang menyamar menjadi Pemimpin Upacara yang bertugas melapor kepada sang Inspektur Upacara yang dalam benakku adalah kalian semua. Aku mau bilang bahwa besok-pagi sekali-aku akan pergi ke sebuah kota yang jangankan membayangkan, mendengar saja serasa otakku jauh terbang di atas kepala. Aku mau ke kota Imitasi serupa Thneedville yang sering aku ceritakan dalam film kesukaanku. Tak perlu kujelaskan lagi bagaimana suasanya kan? Intinya begini saja: Aku sedang tidak ingin melibatkan unsur manusia untuk hal-hal yang.. entahlah, mungkin apa saja. Sudah terlalu lama menjadi peran antagonis meski kujalankan dengan cara yang manis.
Satu kata tidak keren kedua: Terimakasih

Selamat siang!
*Met liefde "

We O We, Well ★

Diposting oleh Unknown di 00.27 0 komentar
I will stop expecting someone

to always be able to come when I need.  

I had enough to make them sick of my empty talk vain.





Well, I went out from the presence of you all.  

Towards the world who knows what I'll give the name.  

Making pillows and wardrobes as the only friend to tell.  

Haha

Sincere :)

Diposting oleh Unknown di 00.12 0 komentar
Mengenai beberapa orang yang sengaja dihadirkan lalu pergi secepat kilat, aku masih saja heran.

Mungkin kemampuanku yang jauh di bawah rata-rata untuk menyerap indikasi-indikasi pemahaman yang semesta berikan. 
Mungkin juga aku terlalu lama mempercayai bahwa hanya ada satu objek terindah di dunia: kamu.
Sehingga untuk peka terhadap situasi alampun, aku tak bisa. Lalu semua isi semestapun tau, aku salah.

Dan saat benar-benar itu semua terjadi, menerima adalah satu-satunya cara melawan firasat. 

**Aku siap. Karena sampai kapanpun aku tau, I'm not alone.

Selasa, 30 September 2014

Magic

Diposting oleh Unknown di 23.57 0 komentar
“Saat yang kita butuhkan 

hanya satu sapa yang menghangatkan”


Itupun tak perlu senorak yang pernah kamu bayangkan. Aku sudah merasa sukses belajar banyak hal. Meski yang belum kupelajarai dan gagal aku selami justru lebih banyak lagi. Kau tahu? Hari ini aku ingin membekukan 'kita' yang semalam sibuk mencari sebuah kesepakatan. Kita bicarakan banyak hal dan panjang lebar dengan kondisi hati yang kuyakin suah lebih dari sekedar terbakar, tapi kita saling menahan, berusaha menetralkan. Itu hebat!

Kamu bilang takaran khawatirku untuk kehilangan berlebihan dan harus segera dikurangi mulai sekarang. Dan justru itu yang menurutmu kadang membuatmu mendapatkan pernyataan dan pertanyaan baru yang meski sampai kapan tak akan pernah kamu lontarkan. Lalu perlahan akan mengikis kepercayaan yang telah lama dan susah payah telaha kita bangun beberapa tahun silam. Alasan itu kenapa aku harus pandai-pandai kembali meletakkan kepercayaan, menurutmu.

Lalu akupun tak ada pilihan apa-apa selain mengiyakan. Disamping hal itu juga jelas menuju perbaiakan masa depan. Apalagi aku paling anti jika harus kamu todong sebagai pelaku pengikis kepercayaan. Meski sebenarnya latar belakang kekhawatiranku jelas bukan sebuah bentuk ketidakpercayaan, tapi itu murni kesalahanku mengungkapkan rasa sayang. Iya kan? 

Maka pada akhirnya, jangan salahkan aku jika aku lebih mencintaimu dengan caramu yang seperti ini. Kita sama memahami porsi masing-masing sebagai dua orang yang sama menambatkan keinginan pada jawaban Tuhan. Kita memang seharusnya lebih sederhana begini, tak perlu norak lagi layaknya anak SMP dan SMA yang baru mengenal cinta. Meski jujur, akupun baru mengalaminya. 

Dan sungguh, aku lebih nyaman dengan semua ini. Tak ada yang saling mengikat, selama ada hati masing-masing yang harus kita peluk erat. Tentu dengan Doa yang selalu dirapalkan setiap saat. 

Baiklah Al, ik hou van je :)

Alarm Pertama ☀

Diposting oleh Unknown di 23.18 0 komentar
When the sun shine.

Saat-saat untuk kembali mencairkan otak yang telah lama dibekukan dalam kulkas menyebalkan bernama ratapan. Agar berkatifitas sebagaimana yang telah ditentukan sebagai tugas-tugasnya.

Lalu aku akan mulai memeras otak supaya lebih lembut menghadapi kenyataan bahkan yang paling menyakitkan sekalipun. Tidak mudah menyalahkan dan mudah menerima apa-apa yang sudah Tuhan gariskan dalam perjalanan ini. Agar tidak melulu mengeluh dan terlalu merisaukan banyak hal di luar porsi yang sudah ditetapkan. Hati? Jangat tanya lagi. Dia yang jadi nomor satu untuk kupaksa mencari zona nyaman sendiri dalam setiap peristiwa yang telah bahkan yang baru akan kita semu lewati.

Aku tau ini adalah saat-saat paling menegangkan. Paling menakutkan. Dan paling tak ingin aku lakukan. Tapi inilah satu-satunya cara mempertahankan kenyamanan banyak orang dan banyak hal. It's so hard. Tapi selama aku yakin, keragu-raguan mau ngomong apa? :p

Finally, the beginning is start here!

Sepotong Sore di Langit September

Diposting oleh Unknown di 01.10 0 komentar
Selamat sore September..

Ini kutulis dalam beberapa jam sebelum senja: waktuku meminta segala organ tubuh untuk melaporkan kegiatannya seharian ini. Mau ketawa, nangis, nggerundel. Aku persilakan semua saudaraku menyampaikan keluhan dan kebanggaannya. Dan..

Kali ini aku akan melapor lebih awal, pinta sang Hati.

Lalu aku akan bicara atas nama Hati.

Begini:
Kau tau, semesta? Apa yang menggangguku bulan lalu? Aku Tuhan perkenalkan trik kesabaran yang lebih ekstra. Dimana yang paling aku butuhkan adalah ketenangan sampai di atas jam duabelas malam. Ini mata rasanya sudah menjadi mata terjelek dari yang pernah aku lihat sejak lahir. Berat badan juga entah berkurang berapa kilo di atas timbangan. Rambut yang memang dari awal acak-acakan, kali itu tambah berantakan. Aku bingung, itu sarang laba-laba atau anjing betina. Si pakaian juga sudah lama tak kurapikan dengan setrika warna biru milik anak kamar sebelah. Intinya aku amburadul banget sebulan ini (nggak hari ini loh ya :p )

Aku terlalu enggan menceritakan ada apa. Monster ingatanku sudah terlalu kejam memperingatkanku setiap malam. Aku dituntut untuk bisa menendangnya ke kandang paling jorok di sebuah desa terkumuh. Aku dilarang kembali merapikannya dalam lemari bernama kenangan. Tapi aku menyangkal. Dia siapa dan tau apa soal rasa sakit yang jujur aku sangat menikmati ketika merasakannya.

Dan berhari-hari setelahnya, aku serasa menemukan kebebasana luar biasa. Nyaman. Tenang. Tak banyak meminta dari seseorang. Happyfun aja :)

Sore ini, aku ingin mengenalkan senyum pertama paling tak ingin kulupakan dalam sejarah :)

Begini:(Ini bukan senyum kali. Ketawa :D )

Selasa, 17 Juni 2014

Milad Ku ♥

Diposting oleh Unknown di 16.40 0 komentar
Sebelum benar-benar menutup hari, Tuhan resmi menyempurnakan bahagia. :)


Aku mereka kerjain habis-habisan. Seharian nangis nggak karuan. :)


Happu Birth Day to Me. Untung lagi cantik (ehem) fotonya :D


Ini kue murni temenku yang bikin: Sendiri: Finda


Masih belum puas, mukaku jadi objek krim :(


De Ain, Me, Finda: Kalian jahat yaa. Tapi romantis :D



Lup yu ol :*


Senin, 16 Juni 2014

Me: Selamat Hari Lahir. :)

Diposting oleh Unknown di 20.30 0 komentar
 17 Juni.

Tak ada yang istimewa melebihi Doa-doa. Bangun pas tengah malam hanya untuk sebuah perayaan paling mengesankan untuk diri sendiri. Sejenak melupakan ada beban apa di hari esok. Tak banyak yang menemani, hanya aku, Tuhan, Puisi dan catatan.

Aku lebih jujur pada diri pribadi bahwa ini hari paling menyebalkan sekaligus membahagiakan. Bagaimana tidak? Aku ngilangin ATM temen. Peristowanya sudah lama, tapi baru memuncak pas di hariku. Sebuah rencana misteri kan? Aku nggak yakin bisa menutup hari ini dengan sebenar-benar senyum nanti.

Lalu pada Tuhan aku hanya minta yang terbaik. Entah dalam bentuk apa. Aku percaya Tuhan Maha baik atas setiap jalan yang diberikannya. Oh. Astaga. Mari sejenak atau bahkan selamanya: Lupakan tentang hal-hal yang menjengkelkan itu.

Hari ini aku bahagia. Resmi dua puluh tahun lalu aku dilahirkan ke dunia untuk mengecap rasa sayang, cinta dari makhluk Tuhan siapa saja.

Dear God
Terimakasih Tuhan. Untuk dua puluh tahun menjadikanku perempuan yang selalu kau beri pemahaman melalu berbagai cara. Agar aku tak hanya menganggap di dunia ini hanya ada bahagia. Tamparan dan lukapun itu caraMu mengajarkan cinta. Aku paham. Meski dalam kurun waktu yang sangat panjang.

Lovely Fams
Bapak, Ibuk. Terimakasih. Menjadi orang tua terbaik dan terhebat selama dua puluh tahun.  Kasih syang tanpa pamrih yang sampai kapanpun harus senantiasa kujaga dan balas dengan sebaik-baik pembalasan. Meski itu tak akan pernah sebanding. Memang tak akan pernah. Lup yu Pak, Buk. Ohya, Adek. Padamu aku selalu bangga.

Dearest Plend
Entah yang mengingat, mengucapkan selamat atau bahkan tak mengerti apa-apa tentang hari ini. Terimakasihkupun tak pernah lupa. Kalian yang selalu membuatku nyaman menjadi diri sendiri, seburuk apapun aku. Bersabar ya Tuhan kirimkan seorang teman gila macam ini di hadapan kalian. Izi, Dek Yunk, dan semuanya. Muuah

My Al
Aku sudah terbiasa tak menuntutmu apa-apa kan?
Sebab tak hanya satu orang yang bilang cinta itu tak butuh karena. Aku pun percaya itu. Harus malah jika tak mau selalu merasa terluka. :) Aku tak pernah keberatan kamu mau ingat ini hari apa atau tidak. Bicara kecewa pasti, tapi tak sedikitpun mengurangi kadar bahagiaku bisa mencintaimu. Unconditionally. :*


Finally: Happy Birth Day to Me. :* :*


 

Nufa La'la' Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang