Selasa, 30 September 2014

Magic

“Saat yang kita butuhkan 

hanya satu sapa yang menghangatkan”


Itupun tak perlu senorak yang pernah kamu bayangkan. Aku sudah merasa sukses belajar banyak hal. Meski yang belum kupelajarai dan gagal aku selami justru lebih banyak lagi. Kau tahu? Hari ini aku ingin membekukan 'kita' yang semalam sibuk mencari sebuah kesepakatan. Kita bicarakan banyak hal dan panjang lebar dengan kondisi hati yang kuyakin suah lebih dari sekedar terbakar, tapi kita saling menahan, berusaha menetralkan. Itu hebat!

Kamu bilang takaran khawatirku untuk kehilangan berlebihan dan harus segera dikurangi mulai sekarang. Dan justru itu yang menurutmu kadang membuatmu mendapatkan pernyataan dan pertanyaan baru yang meski sampai kapan tak akan pernah kamu lontarkan. Lalu perlahan akan mengikis kepercayaan yang telah lama dan susah payah telaha kita bangun beberapa tahun silam. Alasan itu kenapa aku harus pandai-pandai kembali meletakkan kepercayaan, menurutmu.

Lalu akupun tak ada pilihan apa-apa selain mengiyakan. Disamping hal itu juga jelas menuju perbaiakan masa depan. Apalagi aku paling anti jika harus kamu todong sebagai pelaku pengikis kepercayaan. Meski sebenarnya latar belakang kekhawatiranku jelas bukan sebuah bentuk ketidakpercayaan, tapi itu murni kesalahanku mengungkapkan rasa sayang. Iya kan? 

Maka pada akhirnya, jangan salahkan aku jika aku lebih mencintaimu dengan caramu yang seperti ini. Kita sama memahami porsi masing-masing sebagai dua orang yang sama menambatkan keinginan pada jawaban Tuhan. Kita memang seharusnya lebih sederhana begini, tak perlu norak lagi layaknya anak SMP dan SMA yang baru mengenal cinta. Meski jujur, akupun baru mengalaminya. 

Dan sungguh, aku lebih nyaman dengan semua ini. Tak ada yang saling mengikat, selama ada hati masing-masing yang harus kita peluk erat. Tentu dengan Doa yang selalu dirapalkan setiap saat. 

Baiklah Al, ik hou van je :)

Alarm Pertama ☀

When the sun shine.

Saat-saat untuk kembali mencairkan otak yang telah lama dibekukan dalam kulkas menyebalkan bernama ratapan. Agar berkatifitas sebagaimana yang telah ditentukan sebagai tugas-tugasnya.

Lalu aku akan mulai memeras otak supaya lebih lembut menghadapi kenyataan bahkan yang paling menyakitkan sekalipun. Tidak mudah menyalahkan dan mudah menerima apa-apa yang sudah Tuhan gariskan dalam perjalanan ini. Agar tidak melulu mengeluh dan terlalu merisaukan banyak hal di luar porsi yang sudah ditetapkan. Hati? Jangat tanya lagi. Dia yang jadi nomor satu untuk kupaksa mencari zona nyaman sendiri dalam setiap peristiwa yang telah bahkan yang baru akan kita semu lewati.

Aku tau ini adalah saat-saat paling menegangkan. Paling menakutkan. Dan paling tak ingin aku lakukan. Tapi inilah satu-satunya cara mempertahankan kenyamanan banyak orang dan banyak hal. It's so hard. Tapi selama aku yakin, keragu-raguan mau ngomong apa? :p

Finally, the beginning is start here!

Sepotong Sore di Langit September

Selamat sore September..

Ini kutulis dalam beberapa jam sebelum senja: waktuku meminta segala organ tubuh untuk melaporkan kegiatannya seharian ini. Mau ketawa, nangis, nggerundel. Aku persilakan semua saudaraku menyampaikan keluhan dan kebanggaannya. Dan..

Kali ini aku akan melapor lebih awal, pinta sang Hati.

Lalu aku akan bicara atas nama Hati.

Begini:
Kau tau, semesta? Apa yang menggangguku bulan lalu? Aku Tuhan perkenalkan trik kesabaran yang lebih ekstra. Dimana yang paling aku butuhkan adalah ketenangan sampai di atas jam duabelas malam. Ini mata rasanya sudah menjadi mata terjelek dari yang pernah aku lihat sejak lahir. Berat badan juga entah berkurang berapa kilo di atas timbangan. Rambut yang memang dari awal acak-acakan, kali itu tambah berantakan. Aku bingung, itu sarang laba-laba atau anjing betina. Si pakaian juga sudah lama tak kurapikan dengan setrika warna biru milik anak kamar sebelah. Intinya aku amburadul banget sebulan ini (nggak hari ini loh ya :p )

Aku terlalu enggan menceritakan ada apa. Monster ingatanku sudah terlalu kejam memperingatkanku setiap malam. Aku dituntut untuk bisa menendangnya ke kandang paling jorok di sebuah desa terkumuh. Aku dilarang kembali merapikannya dalam lemari bernama kenangan. Tapi aku menyangkal. Dia siapa dan tau apa soal rasa sakit yang jujur aku sangat menikmati ketika merasakannya.

Dan berhari-hari setelahnya, aku serasa menemukan kebebasana luar biasa. Nyaman. Tenang. Tak banyak meminta dari seseorang. Happyfun aja :)

Sore ini, aku ingin mengenalkan senyum pertama paling tak ingin kulupakan dalam sejarah :)

Begini:(Ini bukan senyum kali. Ketawa :D )

Selasa, 30 September 2014

Magic

Diposting oleh Unknown di 23.57 0 komentar
“Saat yang kita butuhkan 

hanya satu sapa yang menghangatkan”


Itupun tak perlu senorak yang pernah kamu bayangkan. Aku sudah merasa sukses belajar banyak hal. Meski yang belum kupelajarai dan gagal aku selami justru lebih banyak lagi. Kau tahu? Hari ini aku ingin membekukan 'kita' yang semalam sibuk mencari sebuah kesepakatan. Kita bicarakan banyak hal dan panjang lebar dengan kondisi hati yang kuyakin suah lebih dari sekedar terbakar, tapi kita saling menahan, berusaha menetralkan. Itu hebat!

Kamu bilang takaran khawatirku untuk kehilangan berlebihan dan harus segera dikurangi mulai sekarang. Dan justru itu yang menurutmu kadang membuatmu mendapatkan pernyataan dan pertanyaan baru yang meski sampai kapan tak akan pernah kamu lontarkan. Lalu perlahan akan mengikis kepercayaan yang telah lama dan susah payah telaha kita bangun beberapa tahun silam. Alasan itu kenapa aku harus pandai-pandai kembali meletakkan kepercayaan, menurutmu.

Lalu akupun tak ada pilihan apa-apa selain mengiyakan. Disamping hal itu juga jelas menuju perbaiakan masa depan. Apalagi aku paling anti jika harus kamu todong sebagai pelaku pengikis kepercayaan. Meski sebenarnya latar belakang kekhawatiranku jelas bukan sebuah bentuk ketidakpercayaan, tapi itu murni kesalahanku mengungkapkan rasa sayang. Iya kan? 

Maka pada akhirnya, jangan salahkan aku jika aku lebih mencintaimu dengan caramu yang seperti ini. Kita sama memahami porsi masing-masing sebagai dua orang yang sama menambatkan keinginan pada jawaban Tuhan. Kita memang seharusnya lebih sederhana begini, tak perlu norak lagi layaknya anak SMP dan SMA yang baru mengenal cinta. Meski jujur, akupun baru mengalaminya. 

Dan sungguh, aku lebih nyaman dengan semua ini. Tak ada yang saling mengikat, selama ada hati masing-masing yang harus kita peluk erat. Tentu dengan Doa yang selalu dirapalkan setiap saat. 

Baiklah Al, ik hou van je :)

Alarm Pertama ☀

Diposting oleh Unknown di 23.18 0 komentar
When the sun shine.

Saat-saat untuk kembali mencairkan otak yang telah lama dibekukan dalam kulkas menyebalkan bernama ratapan. Agar berkatifitas sebagaimana yang telah ditentukan sebagai tugas-tugasnya.

Lalu aku akan mulai memeras otak supaya lebih lembut menghadapi kenyataan bahkan yang paling menyakitkan sekalipun. Tidak mudah menyalahkan dan mudah menerima apa-apa yang sudah Tuhan gariskan dalam perjalanan ini. Agar tidak melulu mengeluh dan terlalu merisaukan banyak hal di luar porsi yang sudah ditetapkan. Hati? Jangat tanya lagi. Dia yang jadi nomor satu untuk kupaksa mencari zona nyaman sendiri dalam setiap peristiwa yang telah bahkan yang baru akan kita semu lewati.

Aku tau ini adalah saat-saat paling menegangkan. Paling menakutkan. Dan paling tak ingin aku lakukan. Tapi inilah satu-satunya cara mempertahankan kenyamanan banyak orang dan banyak hal. It's so hard. Tapi selama aku yakin, keragu-raguan mau ngomong apa? :p

Finally, the beginning is start here!

Sepotong Sore di Langit September

Diposting oleh Unknown di 01.10 0 komentar
Selamat sore September..

Ini kutulis dalam beberapa jam sebelum senja: waktuku meminta segala organ tubuh untuk melaporkan kegiatannya seharian ini. Mau ketawa, nangis, nggerundel. Aku persilakan semua saudaraku menyampaikan keluhan dan kebanggaannya. Dan..

Kali ini aku akan melapor lebih awal, pinta sang Hati.

Lalu aku akan bicara atas nama Hati.

Begini:
Kau tau, semesta? Apa yang menggangguku bulan lalu? Aku Tuhan perkenalkan trik kesabaran yang lebih ekstra. Dimana yang paling aku butuhkan adalah ketenangan sampai di atas jam duabelas malam. Ini mata rasanya sudah menjadi mata terjelek dari yang pernah aku lihat sejak lahir. Berat badan juga entah berkurang berapa kilo di atas timbangan. Rambut yang memang dari awal acak-acakan, kali itu tambah berantakan. Aku bingung, itu sarang laba-laba atau anjing betina. Si pakaian juga sudah lama tak kurapikan dengan setrika warna biru milik anak kamar sebelah. Intinya aku amburadul banget sebulan ini (nggak hari ini loh ya :p )

Aku terlalu enggan menceritakan ada apa. Monster ingatanku sudah terlalu kejam memperingatkanku setiap malam. Aku dituntut untuk bisa menendangnya ke kandang paling jorok di sebuah desa terkumuh. Aku dilarang kembali merapikannya dalam lemari bernama kenangan. Tapi aku menyangkal. Dia siapa dan tau apa soal rasa sakit yang jujur aku sangat menikmati ketika merasakannya.

Dan berhari-hari setelahnya, aku serasa menemukan kebebasana luar biasa. Nyaman. Tenang. Tak banyak meminta dari seseorang. Happyfun aja :)

Sore ini, aku ingin mengenalkan senyum pertama paling tak ingin kulupakan dalam sejarah :)

Begini:(Ini bukan senyum kali. Ketawa :D )


 

Nufa La'la' Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang