Kamis, 02 Oktober 2014

Nait :*


Selamat malam! Selamat Tidur!


Rabu, 01 Oktober 2014

My Passion

Ayey!
Tuhan, Terimakasih. Itu saja :)

Pagi ini:
Aku berangkat ke kampus lebih pagi dari biasa. Bersama teman seasrama yang lumayan menyeimbangiku tingkat ke-error-annya. Namanya Anisa. Dia satu tingkat di atasku. Kita di jurusan yang sama: Bhasa dan Satra Arab. Meski satu kata terkhir itulah yang setiap hari ingin kulupakan dan tak ingin itu tertera dalam Ijazahku nanti. Tapi apa daya? Aku ngakak saja. Membayangkan impian yang sudah jelas tak bisa dicapai sekalipun oleh kepala. 

Sesampai di kampus, aku cukup lega mendapati beberapa teman kelas masih asik nongkrong di halaman dan depan jendela. Pertanda dosen bernama Pak Muntaha belum hadir. Hatiku girang. Waktuku konser bisa lebih panjang dari hari-hari sebelumnya. Haha. Aku beritahu dulu sebelumnya bahwa panggung paling keren menurutku setelah kamar mandi adalah kelas kuliah. Bisa dibilang setiap hari aku tak pernah absen menyanyi di depan mereka yang berulangkali sudah ingin menimpukku dengan sepatu dan sandal mereka masing-masing. Aku suka meramaikan kelas dengan suara yang menurutku pribadi hanya satu tingkat di bawah Afgan dan Bruno Mars (Faiq, sadarlah! Sadarlah!). Tapi bener, menurut beberapa teman juga suaraku berkarakter tapi masih perlu banyak latihan dan les vokal. Maklum dar kecil cuma Bapak sebagai guru privatku soal tarik suara. Beliau dulu pernah jadi artis desa. Cikiwir :D 

Spontan di kelas aku lepas tas. Meraih botol Aqua milik teman. Aku bernyanyi.
Satu lagu.
Dua lagu.
Banyak lagu :D

Ssst, aku melihat si Zen-temanku yang satu ini sering banget bikin aku terbang soal memuji suaraku, berulangkali juga dia merekam aku nyanyi, tanpa sungkan juga dia mendonlot lagu apa yang paling ingin dia dengar dariku- sedang ngotak-atik ponsel Appelnya. Aha! Aku langsung berinisiatif untuk rekaman lagi. 

"Zen, pinjem hape. Mau nyanyi". Dasar aku nggak tau malu.
"Nih, nyanyi di sini. Aku mau denger". Pintanya.
"Siap". Aku girang.

Akupun mulai mengganti botol Aqua dengan hape si Zen. Mulai menyanyi 'Cinta Tanpa Syarat'nya Afgan. Maklum, dia memang solo satu-satunya di Indonesia yang paling aku gilai. Ihihi. Cukup satu lagu, pikirku. Dan..
Tiba-tiba si Zen minta aku nyanyi BUNDAnya Melly Goeslaw. Untunglah aku masih ingat liriknya, dulu juga pernah tampil Padus selama di pondok semasa SMA. Dengan senang aku mengangguk. Kembali aku mulai asyik dengan suara dan laguku. Menyanyi. Tanpa beban apapun dalam hati.

Auk ingin begini setiap hari, Tuhan. Tak perlu suaraku di dengar seluruh rakyat Indonesia. Cukup di kelas saja dengan teman-teman kelas yang jumlahnya tak seberapa, selama mereka yang cuma 40-an mau dengan senang hati mendengarkan, itu sudah lebih dari cukup, Tuhan.

Dear God, aku selalu percaya. Engkau selalu peduli dimana hatiku berada dan tetap ingin tinggal untuk selama-lamanya. :)

With Love ❤

Warning! Ini adalah tulisan paling sia-sia. Tapi wajib kalian baca.

Anggaplah aku tokoh melankolis dalam sebuah alur cerita karangan penulis hebat. Lalu si tokoh aku menulis sebuah surat paling memilikuan.
Begini:

"Wahai kalian yang sering kupinjam telinganya saat aku mulai sibuk bercerita, yang sering kupinjam matanya saat aku sedang asyik-asyiknya menulis tentang apa saja, aku minta maaf. Meski aku sendiri yang sering memberitahu kalian betapa kata Terimakasih dan Maaf adalah dua kata paling tidak keren di dunia. Jika kalian tetap mempertahankan itu, baiklah. Aku rela menjadi yang paling tidak keren itu siang ini.


Aku cuma sedang menyamar menjadi Pemimpin Upacara yang bertugas melapor kepada sang Inspektur Upacara yang dalam benakku adalah kalian semua. Aku mau bilang bahwa besok-pagi sekali-aku akan pergi ke sebuah kota yang jangankan membayangkan, mendengar saja serasa otakku jauh terbang di atas kepala. Aku mau ke kota Imitasi serupa Thneedville yang sering aku ceritakan dalam film kesukaanku. Tak perlu kujelaskan lagi bagaimana suasanya kan? Intinya begini saja: Aku sedang tidak ingin melibatkan unsur manusia untuk hal-hal yang.. entahlah, mungkin apa saja. Sudah terlalu lama menjadi peran antagonis meski kujalankan dengan cara yang manis.
Satu kata tidak keren kedua: Terimakasih

Selamat siang!
*Met liefde "

We O We, Well ★

I will stop expecting someone

to always be able to come when I need.  

I had enough to make them sick of my empty talk vain.





Well, I went out from the presence of you all.  

Towards the world who knows what I'll give the name.  

Making pillows and wardrobes as the only friend to tell.  

Haha

Sincere :)

Mengenai beberapa orang yang sengaja dihadirkan lalu pergi secepat kilat, aku masih saja heran.

Mungkin kemampuanku yang jauh di bawah rata-rata untuk menyerap indikasi-indikasi pemahaman yang semesta berikan. 
Mungkin juga aku terlalu lama mempercayai bahwa hanya ada satu objek terindah di dunia: kamu.
Sehingga untuk peka terhadap situasi alampun, aku tak bisa. Lalu semua isi semestapun tau, aku salah.

Dan saat benar-benar itu semua terjadi, menerima adalah satu-satunya cara melawan firasat. 

**Aku siap. Karena sampai kapanpun aku tau, I'm not alone.

Kamis, 02 Oktober 2014

Nait :*

Diposting oleh Unknown di 08.32 0 komentar

Selamat malam! Selamat Tidur!


Rabu, 01 Oktober 2014

My Passion

Diposting oleh Unknown di 20.24 0 komentar
Ayey!
Tuhan, Terimakasih. Itu saja :)

Pagi ini:
Aku berangkat ke kampus lebih pagi dari biasa. Bersama teman seasrama yang lumayan menyeimbangiku tingkat ke-error-annya. Namanya Anisa. Dia satu tingkat di atasku. Kita di jurusan yang sama: Bhasa dan Satra Arab. Meski satu kata terkhir itulah yang setiap hari ingin kulupakan dan tak ingin itu tertera dalam Ijazahku nanti. Tapi apa daya? Aku ngakak saja. Membayangkan impian yang sudah jelas tak bisa dicapai sekalipun oleh kepala. 

Sesampai di kampus, aku cukup lega mendapati beberapa teman kelas masih asik nongkrong di halaman dan depan jendela. Pertanda dosen bernama Pak Muntaha belum hadir. Hatiku girang. Waktuku konser bisa lebih panjang dari hari-hari sebelumnya. Haha. Aku beritahu dulu sebelumnya bahwa panggung paling keren menurutku setelah kamar mandi adalah kelas kuliah. Bisa dibilang setiap hari aku tak pernah absen menyanyi di depan mereka yang berulangkali sudah ingin menimpukku dengan sepatu dan sandal mereka masing-masing. Aku suka meramaikan kelas dengan suara yang menurutku pribadi hanya satu tingkat di bawah Afgan dan Bruno Mars (Faiq, sadarlah! Sadarlah!). Tapi bener, menurut beberapa teman juga suaraku berkarakter tapi masih perlu banyak latihan dan les vokal. Maklum dar kecil cuma Bapak sebagai guru privatku soal tarik suara. Beliau dulu pernah jadi artis desa. Cikiwir :D 

Spontan di kelas aku lepas tas. Meraih botol Aqua milik teman. Aku bernyanyi.
Satu lagu.
Dua lagu.
Banyak lagu :D

Ssst, aku melihat si Zen-temanku yang satu ini sering banget bikin aku terbang soal memuji suaraku, berulangkali juga dia merekam aku nyanyi, tanpa sungkan juga dia mendonlot lagu apa yang paling ingin dia dengar dariku- sedang ngotak-atik ponsel Appelnya. Aha! Aku langsung berinisiatif untuk rekaman lagi. 

"Zen, pinjem hape. Mau nyanyi". Dasar aku nggak tau malu.
"Nih, nyanyi di sini. Aku mau denger". Pintanya.
"Siap". Aku girang.

Akupun mulai mengganti botol Aqua dengan hape si Zen. Mulai menyanyi 'Cinta Tanpa Syarat'nya Afgan. Maklum, dia memang solo satu-satunya di Indonesia yang paling aku gilai. Ihihi. Cukup satu lagu, pikirku. Dan..
Tiba-tiba si Zen minta aku nyanyi BUNDAnya Melly Goeslaw. Untunglah aku masih ingat liriknya, dulu juga pernah tampil Padus selama di pondok semasa SMA. Dengan senang aku mengangguk. Kembali aku mulai asyik dengan suara dan laguku. Menyanyi. Tanpa beban apapun dalam hati.

Auk ingin begini setiap hari, Tuhan. Tak perlu suaraku di dengar seluruh rakyat Indonesia. Cukup di kelas saja dengan teman-teman kelas yang jumlahnya tak seberapa, selama mereka yang cuma 40-an mau dengan senang hati mendengarkan, itu sudah lebih dari cukup, Tuhan.

Dear God, aku selalu percaya. Engkau selalu peduli dimana hatiku berada dan tetap ingin tinggal untuk selama-lamanya. :)

With Love ❤

Diposting oleh Unknown di 19.24 0 komentar
Warning! Ini adalah tulisan paling sia-sia. Tapi wajib kalian baca.

Anggaplah aku tokoh melankolis dalam sebuah alur cerita karangan penulis hebat. Lalu si tokoh aku menulis sebuah surat paling memilikuan.
Begini:

"Wahai kalian yang sering kupinjam telinganya saat aku mulai sibuk bercerita, yang sering kupinjam matanya saat aku sedang asyik-asyiknya menulis tentang apa saja, aku minta maaf. Meski aku sendiri yang sering memberitahu kalian betapa kata Terimakasih dan Maaf adalah dua kata paling tidak keren di dunia. Jika kalian tetap mempertahankan itu, baiklah. Aku rela menjadi yang paling tidak keren itu siang ini.


Aku cuma sedang menyamar menjadi Pemimpin Upacara yang bertugas melapor kepada sang Inspektur Upacara yang dalam benakku adalah kalian semua. Aku mau bilang bahwa besok-pagi sekali-aku akan pergi ke sebuah kota yang jangankan membayangkan, mendengar saja serasa otakku jauh terbang di atas kepala. Aku mau ke kota Imitasi serupa Thneedville yang sering aku ceritakan dalam film kesukaanku. Tak perlu kujelaskan lagi bagaimana suasanya kan? Intinya begini saja: Aku sedang tidak ingin melibatkan unsur manusia untuk hal-hal yang.. entahlah, mungkin apa saja. Sudah terlalu lama menjadi peran antagonis meski kujalankan dengan cara yang manis.
Satu kata tidak keren kedua: Terimakasih

Selamat siang!
*Met liefde "

We O We, Well ★

Diposting oleh Unknown di 00.27 0 komentar
I will stop expecting someone

to always be able to come when I need.  

I had enough to make them sick of my empty talk vain.





Well, I went out from the presence of you all.  

Towards the world who knows what I'll give the name.  

Making pillows and wardrobes as the only friend to tell.  

Haha

Sincere :)

Diposting oleh Unknown di 00.12 0 komentar
Mengenai beberapa orang yang sengaja dihadirkan lalu pergi secepat kilat, aku masih saja heran.

Mungkin kemampuanku yang jauh di bawah rata-rata untuk menyerap indikasi-indikasi pemahaman yang semesta berikan. 
Mungkin juga aku terlalu lama mempercayai bahwa hanya ada satu objek terindah di dunia: kamu.
Sehingga untuk peka terhadap situasi alampun, aku tak bisa. Lalu semua isi semestapun tau, aku salah.

Dan saat benar-benar itu semua terjadi, menerima adalah satu-satunya cara melawan firasat. 

**Aku siap. Karena sampai kapanpun aku tau, I'm not alone.

 

Nufa La'la' Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang