Selamat pagi Desember..
Ini bulan yang kutunggu-tunggu selama empat bulan terakhir. Penasaran dengan penyambutan hati sendiri. Sebab tak ada ingatan yang bersedia dianggurkan di tong sampah. Dia dengan kurang ajarnya memaksa si pemilik kembali memikirkannya. Tak peduli sesulit apa kondisi hati selama proses itu. Ada yang tahu? Di bulan ini peristiwa-peristiwa menyebalkan sekaligus membahagiakan mulai terjadi. Dua tahun yang lalu. Awalnya tak ada yang mengira pada akhirnya kita akan saling menyemangati, menasihati, lalu menyakiti. Haha.
Tak ada yang kulupa. Mulai dari naik ke lemari untuk mendengar suara jelek yang pada akhirnya menjadi suara paling merdu sedunia, sampai mulai mencari panggilan keren tapi nggak norak. Kita kebingungan. Setiap jam berganti panggilan. Lalu?
Sebentar, saya tidak bisa meneruskan cerita. :'(
Minggu, 30 November 2014
Kamis, 13 November 2014
Who is Time?
Ini tentang waktu yang melahirkan, kehidupan, cinta dan kematian. Waktu yang tidak dapat kau lawan, tidak dapat kau miliki, waktu yang menayangkan setiap kejadian dan ketentuan. Waktu yang tidak membiarkan semuanya stagnan dan dapat diputar ulang, waktu yang selalu ada didalam tawa, tangis, waras, gila, jahat, nista, mulia, surga, neraka, malaikat, iblis, alam, dn pencipta waktu itu sendiri.
Waktu penentu yang engkau inginkan, waktu hanya menginginkan engkau tau dua hal, bersabar dan mengikuti prosedural. Engkau harus bertahan untuk sebuah kelahiran, cinta dn kematian dengan sabar, engkau harus mengikuti alur semua kejadian itu dengan hukum Tuhan atau sunnatullah. Waktu akan memberikanmu medali keajaiban ketika engkau mengerti waktu tidak pernah berhenti dan berperasaan. Engkau hanya perlu itu....
Atau engkau akan menjalani dan mengisi waktu dengan dua hal, waktu akan membentuk dirimu pemain cadangan, pemain pengganti atau waktu menyeretmu kemana waktu suka berlabuh dan mendamparkan dirimu dari dunia kenyataan. Atau engkau menjadi penjual waktu atau jam_jangan biarkan waktu membuatmu terbunuh oleh dirimu sendiri
*Repost
Rabu, 12 November 2014
Selasa, 11 November 2014
Rindu tapi Malu :D
Selamat malam, semesta.
Aku sedang garuk-garuk kepala. Mandi cuma sekali, itupun sudah sangat pagi sekali. Bayangkan bagaimana sumpeknya isi kepalaku, menahan beban di kepala terkait beberapa acara, badan gatel-gatel belum mandi dan mencium bau nggak enak sana-sini (Ahaha, jorok banget yaa. Gini nih yang dibilang cewek? :D )
Seharian ini aku sibuk mempertanyakan komitmen diri. Aku ingin berkhianat pada keputusan yang beberapa bulan aku putuskan sendiri. Aku ingin nakal memanggilmu lagi, setiap hari. Aku ingin menghujanimu dengan pertanyaan yang sama sekali nggak penting. Aku ingin. Pokoknya aku ingin. :/
Tapi aku nggak begitu goblok untuk ngeloakin di pasar minggu. Untuk menjadi lebih istimewa lebih menjadi keinginan utama para perempuan Indonesia, atau dimanapun. Lebih menjaga prinsip untuk dianggap tak seperti barang grosiran.
So, well well well. Aku kembali mengunci pintu mulut rapat-rapat. Menggembok pintu hati untuk tak cerewet di depanmu lagi. Aku di sini saja. Dengan atau tanpa siapapun. Tinggal bernyanyi. Menikmati dan mensyukuri apa yang sudah menjadi jatahku hari ini. Bahkan sampai kapanpun.
Okay. At least, aku memilih bahagia untuk kutetapi hari ini. Meski bahagia dalam rindu yang sama sekali nggak terbalas itu rasanya nyelekit di hati, kaki dan pipi. :D
Label:
Passion
Kamis, 06 November 2014
CANTIKNYA tuh DI SINI..! (Saat Hati Bisa Memposisikan Diri)
“Wajah menawan, sikap menyenangkan, incaran.
Wajah biasa, sikap istimewa, menggoda.
Wajah mempesona, sikap tanpa etika, percuma.
Wajah biasa, sikap tanpa etika, mati saja”.
Dari kutipan
unik dan cukup menggelikan di atas, saya lebih banyak mendapat pendukung baru untuk sebuah pemahaman selama ini tentang
kecantikan seorang perempuan. Bukan secara tiba-tiba pemikiran ini masuk otak
dan terpaku dalam prinsip, dari awal saya sudah meyakinkan, setidanya untuk
diri saya pribadi bahwa cantik dalam otak saya tidak melulu tentang bagaimana
seorang wanita berpenampilan, selangsing apa dia, setebal apa alisnya, semanis
apa senyumnya dan seelok apa rambutnya. Ini tentang bagaimana seorang wanita
menjadi menyenangkan. Bagaimana wanita itu membagikan kebahagiaan pada orang di
sekitarnya. Bagaimana wanita itu
bersikap.
Dan sikap
seseorang pun tidak melulu tentang bagaimana caranya bicara, caranya berjalan,
dan caranya berpakaian. Seorang wanita itu cantik ketika ia bisa memposisikan
diri. Bersikap sesuai kondisi dan situasi yang sedang ia hadapi. Persis seperti
yang dikatakan seorang teman beberapa bulan lalu: ‘Kamu cantik ketika kamu
bisa memposisikan diri’.
Cantik=Shalihah
Ini
hanyalah tulisan sederhana seorang perempuan yang juga berangkat dari kegalauan
bagaimana seharusnya perempuan bersikap. Untuk menjadi menyenangkan, patut
diperjuangkan serta bisa dibawa ke surga dan kebahagiaan. Saya hanya menuliskan
sebatas apa yang mendesak dalam otak untuk segera saya tuangkan. Berdasarkan
beberapa buku yang bisa jadi saya lupa judulnya, inspirasi dari film yang juga
mungkin saya lupa pemainnya. Intinya dari pengalaman dan sedikit teori yang
saya kantongi, saya ingin berbagi. Karena setidaknya dengan tulisan ini saya
tahu bahwa saya tidak sedang berjuang sendirian menjadi wanita ideal atau mar’ah
solihah yang selalu diidam-idamkan. Tak hanya oleh makhluk Tuhan bernama
manusia, tapi lebih oleh lingkungan sosial, negara dan agama kita.
Tulisan ini jelas tidak saya arahkan ke fiksi,
meski untk yang kesekian kali akan senantiasa kalian temui. Mari sejenak saja
saya akan memaksakan diri, menjadi lebih masuk akal lagi. Berangkat dari
beberapa sumber yang pernah saya ingat, saya akan memulai dari sini:
Islam
memiliki cara pandang tersendiri tentang perempuan shalihah yang dalam hemat
saya adalah beberapa kriteria yang akan selalu membawa kita pada beberapa kalimat
yang saya maksud di atas. Menjadi idaman semua hal. Sesuai sabda Rasul :
“Dunia
itu perhiasan; sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah” (HR. Muslim
dari Abdullah Ibn Amr ra)
“Siapa saja yang telah dikaruniai
Allah wanita shaliha,h berarti Dia telah menolongnya dalam satu bagian
agamanya. Oleh karena itu, hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam bagian yang
kedua” (HR. al-Hakim dari Anas ra)
Berdasarkan dua hadits di atas, jelas bahwa kriteria wanita
ideal yang layak didambakan dalam pandangan Islam adalah wanita shalihah
(mar’atush sholihah). Hanya saja, seperti apa gambaran wanita shalehah, tentu
haruslah dikembalikan kepada tuntunan syariat. Pertama, wanita shalihah adalah wanita yang memiliki keimanan yang
tinggi. Yakni keimanan yang lahir dari syahadah yang lurus yang hakekatnya
merupakan ikrar/persaksian untuk memurnikan pengabdian kepada Allah semata dan
ketaatan pada Rasulullah SAW. Keimanan seperti ini akan mampu menggerakkan,
mempengaruhi dan mendorong dirinya untuk selalu menjadikan keridhaan Allah dan
RasulNya serta kemuliaan Islam sebagai tujuan tertinggi. Sehingga dia selalu
siap berkorban dalam ketaatan dan menanggung derita di jalan Allah SWT.
Kedua, wanita Shalihah adalah wanita yang
senantiasa bersegera dalam menjalankan ketundukan pada syari’at Allah dan
RasulNya (al-Mubadiroh ilaal-itizami bi syar’i) dan ridho dengan segala
ketetapanNya. Hal ini terkait dengan aspek yang pertama, yakni adanya pemahaman
bahwa keimanan yang tinggi menuntut ketundukan tanpa reserve dan total. Dan
ketundukan yang total plus tanpa reserve inilah yang akan menjadi washilah
diperolehnya keridhaan Allah dan RasulNya.
Pada tataran praktisnya, keterikatan terhadap hukum syara
yang menjadi kriteria wanita shalihah ini mencakup dimensi yang sangat luas,
yakni mencakup seluruh kehidupan diri dan umatnya. Jadi bukan sekedar shalih
dalam konteks pribadi saja, seperti taat beribadah (mahdhah), berakhlak terpuji
dan berpenampilan sesuai syari’at (seperti menutup aurat dengan kerudung/khimar
dan jilbab serta menundukkan pandangan dari yang diharamkan), menuntut ilmu dan
sebagainya, melainkan dia juga terikat dengan hukum-hukum yang menyangkut
peran-peran lainnya selain peran sebagai pribadi, seperti peran sebagai isteri
dan ibu, dan peran sebagai anggota masyarakat. Berkaitan dengan peran-peran
ini, terdapat beberapa nash yang menggambarkan kriteria wanita shalihah
berikutnya.
Dalam Dua Peran Pentingnya
Dalam perannya sebagai isteri/ibu, wanita shalihah adalah
wanita yang senantiasa taat pada suaminya selama tidak memerintahkan maksiat,
senantiasa berusaha menyenangkan dan menenangkan suami untuk mencari
keridhaannya, membantunya dalam urusan akhirat, memelihara rumah, anak-anak dan
harta suaminya. Lebih dari sekedar seperti tumbuhan hijau dalam menyejukkan
pandangan. Lebih dari sekedar kursi dalam hal sandaran. Hal ini tentu harus
didudukkan dalam kerangka bahwa hakekat keberadaan pernikahan adalah hubungan
persahabatan (shohbah) dalam menjalani ketaatan.
Perlu dipahami, bahwa peran sebagai isteri dan ibu (ummun wa
rabbatul bayt) merupakan peran utama yang dibebankan oleh Allah SWT kepada para
wanita. Oleh karenanya, wanita shalihah akan berupaya semaksimal mungkin agar
beban ini dapat dilaksanakan sebaik-baiknya sekalipun sangat berat dan butuh
pengorbanan yang tak semudah makan eskrim Vanilla. Keberadaan beban yang berat
ini, juga tidak akan dijadikan alasan untuk menghindar dari pelaksanaan
ketetapan syari’at Allah yang lainnya, apalagi jika hal tersebut berkenaan
dengan perkara yang wajib. Hal ini karena dia akan selalu yakin, bahwa semua
ketetapan yang Allah berikan adalah kebaikan baginya, dan seluruh hukum yang
Allah syari’atkan pasti dalam batas kemampuannya.
Saya pernah berbincang dengan seorang teman tentang
bagaimana seorang isteri bersikap ditengah keadaan suami yang mau poligami. Dalam
menanggapi, tentu tak selamanya harus seratus persen melalui hati. Ada peran
otak yang harus dipaksa mengimbangi. Tanya pada hati? Tentu siapa sudi. Tapi kali
ini mari kita berpikir lebih jernih lagi, lebih bijak lagi. Silakan poligami
asal bisa memposisikan diri. Sama dengan apa yang tengah dilakukan seorang istri,
Menerima segala apapun yang ada. Penuh syukur, mencari titik positif saja, toh
itu bukan larangan agama. Meski harus ribuan kali mengelus dada. Dan sungguh
saudaraku, hai Perempuan! Tak ada yang lebih menengkan selain menerima. Awalnya
memang mendorong kita untuk mati saja, tapi tunggulah, Tuhan punya ribuan
rahasia.
Sebagai Bagian Dari Masyarakat
Sesungguhnya Islam telah memberikan ruang yang leluasa untuk
berkiprah di dalam aktivitas yang terkait dengan perannya sebagai bagian dari
anggota masyarakat, seperti kebolehan untuk terlibat dalam beberapa mu’amalah,
melakukan aktivitas dakwah/amar ma’ruf nahi munkar serta memperhatikan urusan
umat (beraktivitas politik) yang hukumnya memang wajib dan lain-lain.
Jika dikaitkan dengan kondisi umat saat ini yang jauh dari
gambaran ideal masyarakat Islam, maka peran wanita shalihah menjadi lebih
penting lagi terutama dalam proses mengubah masyarakat sekarang menjadi masyarakat
Islam. Dalam hal ini, urgensi yang menuntut keterlibatan wanita antara lain :
a.
Bahwa kaum wanita memegang peran penting dan strategis dalam mencetak generasi
penerus umat yang memiliki kualitas mumpuni. Yakni berperan dalam mendidik dan
membina anak-anak mereka dengan aqidah yang kuat yang akan melahirkan generasi
yang tunduk pada syari’at dan siap untuk memperjuangkannya. Karena yang kita
tahu, seorang ibu adalam lembaga pendidikan pertama untuk anak-anak di seluruh
dunia.
b.
Bahwa perubahan masyarakat ke arah Islam harus diusung dan diperjuangkan oleh
seluruh komponen umat, baik pria maupun wanita. Di sisi lain tidak setiap
wanita muslimah memiliki kesadaran yang sama akan pentingnya mewujudkan
perubahan dengan landasan Islam, sehingga menjadi tugas para wanita sholihah
untuk bergerak menyadarkan muslimah lainnya dari keterlenaan mereka dengan cara
melakukan proses pembinaan yang mengarah pada pengokohan aqidah dan membangun
ketaatan pada syari’at.
Lalu?
Dengan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menjadi
wanita shalihah memang tidak mudah. Dalam hal ini diperlukan keyakinan dan
pengorbanan yang tinggi sehingga seluruh kewajiban yang terbeban di pundak akan
dapat dilaksanakan. Berkenaan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan :
1. Muslimah harus senantiasa memelihara keimanan dengan
aktivitas taqorrub ilallah. Sehingga dengan cara ini akan senantiasa ada
dorongan yang kuat untuk melakukan ketaatan kepada aturan-aturan Allah dan
Rasul-Nya.
2. Muslimah harus memiliki pemahaman yang utuh tentang
hukum-hukum syari;at, termasuk yang berkaitan dengan seluruh aktivitasnya, baik
yang menyangkut peran sebagai individu/pribadi, isteri/ibu maupun sebagai
anggota masyarakat, sehingga, dia bisa memastikan bahwa tidak ada satu hukumpun
yang luput dari pelaksanaannya. Oleh karenanya, penting bagi wanita shalihah
untuk terus membina dirinya dan terlibat dalam sistem pembinaan yang terarah
dan berkesinambungan.
3. Muslimah harus memahami konsep al-awlawiyaat (fiqih
prioritas) yang bersandar pada hukum syara’ beserta manajemen waktu yang bagus.
4. Muslimah harus terus berupaya membangun dukungan dari
orang-orang terdekat, sehingga bisa saling menguatkan dalam menjalani
ketundukan kepada Allah dan Rasul, termasuk dalam aktivitas dakwah.
5. Muslimah harus memahami setiap realitas yang berkembang
dengan pemahaman yang jernih dan utuh, baik berupa pemikiran, hukum-hukum,
maupun realitas politik lain beserta analisis Islamnya sehingga mampu mengambil
sikap dengan sikap yang benar (cerdas politik). Hal ini penting, terutama jika
dikaitkan dengan posisi strategis muslimah sebagai ibu yang berperan penting
dalam mencetak dan mendidik generasi Islam masa depan.
Maka kepada seluruh perempuan yang selalu
saya banggakan dimanapun dan kapanpun, selamat berbenah diri menjadi lebih baik
lagi. Lebih kuasa memposisikan diri kapan harus cantik serta shalihah di mata
agama, bangsa dan Negara yang kita punya. Para perempuan selalu bisa!. Bismillah!
Label:
Subhanallah..
Langganan:
Postingan (Atom)
Minggu, 30 November 2014
December Wish.
Selamat pagi Desember..
Ini bulan yang kutunggu-tunggu selama empat bulan terakhir. Penasaran dengan penyambutan hati sendiri. Sebab tak ada ingatan yang bersedia dianggurkan di tong sampah. Dia dengan kurang ajarnya memaksa si pemilik kembali memikirkannya. Tak peduli sesulit apa kondisi hati selama proses itu. Ada yang tahu? Di bulan ini peristiwa-peristiwa menyebalkan sekaligus membahagiakan mulai terjadi. Dua tahun yang lalu. Awalnya tak ada yang mengira pada akhirnya kita akan saling menyemangati, menasihati, lalu menyakiti. Haha.
Tak ada yang kulupa. Mulai dari naik ke lemari untuk mendengar suara jelek yang pada akhirnya menjadi suara paling merdu sedunia, sampai mulai mencari panggilan keren tapi nggak norak. Kita kebingungan. Setiap jam berganti panggilan. Lalu?
Sebentar, saya tidak bisa meneruskan cerita. :'(
Ini bulan yang kutunggu-tunggu selama empat bulan terakhir. Penasaran dengan penyambutan hati sendiri. Sebab tak ada ingatan yang bersedia dianggurkan di tong sampah. Dia dengan kurang ajarnya memaksa si pemilik kembali memikirkannya. Tak peduli sesulit apa kondisi hati selama proses itu. Ada yang tahu? Di bulan ini peristiwa-peristiwa menyebalkan sekaligus membahagiakan mulai terjadi. Dua tahun yang lalu. Awalnya tak ada yang mengira pada akhirnya kita akan saling menyemangati, menasihati, lalu menyakiti. Haha.
Tak ada yang kulupa. Mulai dari naik ke lemari untuk mendengar suara jelek yang pada akhirnya menjadi suara paling merdu sedunia, sampai mulai mencari panggilan keren tapi nggak norak. Kita kebingungan. Setiap jam berganti panggilan. Lalu?
Sebentar, saya tidak bisa meneruskan cerita. :'(
Kamis, 13 November 2014
Who is Time?
Ini tentang waktu yang melahirkan, kehidupan, cinta dan kematian. Waktu yang tidak dapat kau lawan, tidak dapat kau miliki, waktu yang menayangkan setiap kejadian dan ketentuan. Waktu yang tidak membiarkan semuanya stagnan dan dapat diputar ulang, waktu yang selalu ada didalam tawa, tangis, waras, gila, jahat, nista, mulia, surga, neraka, malaikat, iblis, alam, dn pencipta waktu itu sendiri.
Waktu penentu yang engkau inginkan, waktu hanya menginginkan engkau tau dua hal, bersabar dan mengikuti prosedural. Engkau harus bertahan untuk sebuah kelahiran, cinta dn kematian dengan sabar, engkau harus mengikuti alur semua kejadian itu dengan hukum Tuhan atau sunnatullah. Waktu akan memberikanmu medali keajaiban ketika engkau mengerti waktu tidak pernah berhenti dan berperasaan. Engkau hanya perlu itu....
Atau engkau akan menjalani dan mengisi waktu dengan dua hal, waktu akan membentuk dirimu pemain cadangan, pemain pengganti atau waktu menyeretmu kemana waktu suka berlabuh dan mendamparkan dirimu dari dunia kenyataan. Atau engkau menjadi penjual waktu atau jam_jangan biarkan waktu membuatmu terbunuh oleh dirimu sendiri
*Repost
Rabu, 12 November 2014
Selasa, 11 November 2014
Rindu tapi Malu :D
Selamat malam, semesta.
Aku sedang garuk-garuk kepala. Mandi cuma sekali, itupun sudah sangat pagi sekali. Bayangkan bagaimana sumpeknya isi kepalaku, menahan beban di kepala terkait beberapa acara, badan gatel-gatel belum mandi dan mencium bau nggak enak sana-sini (Ahaha, jorok banget yaa. Gini nih yang dibilang cewek? :D )
Seharian ini aku sibuk mempertanyakan komitmen diri. Aku ingin berkhianat pada keputusan yang beberapa bulan aku putuskan sendiri. Aku ingin nakal memanggilmu lagi, setiap hari. Aku ingin menghujanimu dengan pertanyaan yang sama sekali nggak penting. Aku ingin. Pokoknya aku ingin. :/
Tapi aku nggak begitu goblok untuk ngeloakin di pasar minggu. Untuk menjadi lebih istimewa lebih menjadi keinginan utama para perempuan Indonesia, atau dimanapun. Lebih menjaga prinsip untuk dianggap tak seperti barang grosiran.
So, well well well. Aku kembali mengunci pintu mulut rapat-rapat. Menggembok pintu hati untuk tak cerewet di depanmu lagi. Aku di sini saja. Dengan atau tanpa siapapun. Tinggal bernyanyi. Menikmati dan mensyukuri apa yang sudah menjadi jatahku hari ini. Bahkan sampai kapanpun.
Okay. At least, aku memilih bahagia untuk kutetapi hari ini. Meski bahagia dalam rindu yang sama sekali nggak terbalas itu rasanya nyelekit di hati, kaki dan pipi. :D
Kamis, 06 November 2014
CANTIKNYA tuh DI SINI..! (Saat Hati Bisa Memposisikan Diri)
“Wajah menawan, sikap menyenangkan, incaran.
Wajah biasa, sikap istimewa, menggoda.
Wajah mempesona, sikap tanpa etika, percuma.
Wajah biasa, sikap tanpa etika, mati saja”.
Dari kutipan
unik dan cukup menggelikan di atas, saya lebih banyak mendapat pendukung baru untuk sebuah pemahaman selama ini tentang
kecantikan seorang perempuan. Bukan secara tiba-tiba pemikiran ini masuk otak
dan terpaku dalam prinsip, dari awal saya sudah meyakinkan, setidanya untuk
diri saya pribadi bahwa cantik dalam otak saya tidak melulu tentang bagaimana
seorang wanita berpenampilan, selangsing apa dia, setebal apa alisnya, semanis
apa senyumnya dan seelok apa rambutnya. Ini tentang bagaimana seorang wanita
menjadi menyenangkan. Bagaimana wanita itu membagikan kebahagiaan pada orang di
sekitarnya. Bagaimana wanita itu
bersikap.
Dan sikap
seseorang pun tidak melulu tentang bagaimana caranya bicara, caranya berjalan,
dan caranya berpakaian. Seorang wanita itu cantik ketika ia bisa memposisikan
diri. Bersikap sesuai kondisi dan situasi yang sedang ia hadapi. Persis seperti
yang dikatakan seorang teman beberapa bulan lalu: ‘Kamu cantik ketika kamu
bisa memposisikan diri’.
Cantik=Shalihah
Ini
hanyalah tulisan sederhana seorang perempuan yang juga berangkat dari kegalauan
bagaimana seharusnya perempuan bersikap. Untuk menjadi menyenangkan, patut
diperjuangkan serta bisa dibawa ke surga dan kebahagiaan. Saya hanya menuliskan
sebatas apa yang mendesak dalam otak untuk segera saya tuangkan. Berdasarkan
beberapa buku yang bisa jadi saya lupa judulnya, inspirasi dari film yang juga
mungkin saya lupa pemainnya. Intinya dari pengalaman dan sedikit teori yang
saya kantongi, saya ingin berbagi. Karena setidaknya dengan tulisan ini saya
tahu bahwa saya tidak sedang berjuang sendirian menjadi wanita ideal atau mar’ah
solihah yang selalu diidam-idamkan. Tak hanya oleh makhluk Tuhan bernama
manusia, tapi lebih oleh lingkungan sosial, negara dan agama kita.
Tulisan ini jelas tidak saya arahkan ke fiksi,
meski untk yang kesekian kali akan senantiasa kalian temui. Mari sejenak saja
saya akan memaksakan diri, menjadi lebih masuk akal lagi. Berangkat dari
beberapa sumber yang pernah saya ingat, saya akan memulai dari sini:
Islam
memiliki cara pandang tersendiri tentang perempuan shalihah yang dalam hemat
saya adalah beberapa kriteria yang akan selalu membawa kita pada beberapa kalimat
yang saya maksud di atas. Menjadi idaman semua hal. Sesuai sabda Rasul :
“Dunia
itu perhiasan; sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah” (HR. Muslim
dari Abdullah Ibn Amr ra)
“Siapa saja yang telah dikaruniai
Allah wanita shaliha,h berarti Dia telah menolongnya dalam satu bagian
agamanya. Oleh karena itu, hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam bagian yang
kedua” (HR. al-Hakim dari Anas ra)
Berdasarkan dua hadits di atas, jelas bahwa kriteria wanita
ideal yang layak didambakan dalam pandangan Islam adalah wanita shalihah
(mar’atush sholihah). Hanya saja, seperti apa gambaran wanita shalehah, tentu
haruslah dikembalikan kepada tuntunan syariat. Pertama, wanita shalihah adalah wanita yang memiliki keimanan yang
tinggi. Yakni keimanan yang lahir dari syahadah yang lurus yang hakekatnya
merupakan ikrar/persaksian untuk memurnikan pengabdian kepada Allah semata dan
ketaatan pada Rasulullah SAW. Keimanan seperti ini akan mampu menggerakkan,
mempengaruhi dan mendorong dirinya untuk selalu menjadikan keridhaan Allah dan
RasulNya serta kemuliaan Islam sebagai tujuan tertinggi. Sehingga dia selalu
siap berkorban dalam ketaatan dan menanggung derita di jalan Allah SWT.
Kedua, wanita Shalihah adalah wanita yang
senantiasa bersegera dalam menjalankan ketundukan pada syari’at Allah dan
RasulNya (al-Mubadiroh ilaal-itizami bi syar’i) dan ridho dengan segala
ketetapanNya. Hal ini terkait dengan aspek yang pertama, yakni adanya pemahaman
bahwa keimanan yang tinggi menuntut ketundukan tanpa reserve dan total. Dan
ketundukan yang total plus tanpa reserve inilah yang akan menjadi washilah
diperolehnya keridhaan Allah dan RasulNya.
Pada tataran praktisnya, keterikatan terhadap hukum syara
yang menjadi kriteria wanita shalihah ini mencakup dimensi yang sangat luas,
yakni mencakup seluruh kehidupan diri dan umatnya. Jadi bukan sekedar shalih
dalam konteks pribadi saja, seperti taat beribadah (mahdhah), berakhlak terpuji
dan berpenampilan sesuai syari’at (seperti menutup aurat dengan kerudung/khimar
dan jilbab serta menundukkan pandangan dari yang diharamkan), menuntut ilmu dan
sebagainya, melainkan dia juga terikat dengan hukum-hukum yang menyangkut
peran-peran lainnya selain peran sebagai pribadi, seperti peran sebagai isteri
dan ibu, dan peran sebagai anggota masyarakat. Berkaitan dengan peran-peran
ini, terdapat beberapa nash yang menggambarkan kriteria wanita shalihah
berikutnya.
Dalam Dua Peran Pentingnya
Dalam perannya sebagai isteri/ibu, wanita shalihah adalah
wanita yang senantiasa taat pada suaminya selama tidak memerintahkan maksiat,
senantiasa berusaha menyenangkan dan menenangkan suami untuk mencari
keridhaannya, membantunya dalam urusan akhirat, memelihara rumah, anak-anak dan
harta suaminya. Lebih dari sekedar seperti tumbuhan hijau dalam menyejukkan
pandangan. Lebih dari sekedar kursi dalam hal sandaran. Hal ini tentu harus
didudukkan dalam kerangka bahwa hakekat keberadaan pernikahan adalah hubungan
persahabatan (shohbah) dalam menjalani ketaatan.
Perlu dipahami, bahwa peran sebagai isteri dan ibu (ummun wa
rabbatul bayt) merupakan peran utama yang dibebankan oleh Allah SWT kepada para
wanita. Oleh karenanya, wanita shalihah akan berupaya semaksimal mungkin agar
beban ini dapat dilaksanakan sebaik-baiknya sekalipun sangat berat dan butuh
pengorbanan yang tak semudah makan eskrim Vanilla. Keberadaan beban yang berat
ini, juga tidak akan dijadikan alasan untuk menghindar dari pelaksanaan
ketetapan syari’at Allah yang lainnya, apalagi jika hal tersebut berkenaan
dengan perkara yang wajib. Hal ini karena dia akan selalu yakin, bahwa semua
ketetapan yang Allah berikan adalah kebaikan baginya, dan seluruh hukum yang
Allah syari’atkan pasti dalam batas kemampuannya.
Saya pernah berbincang dengan seorang teman tentang
bagaimana seorang isteri bersikap ditengah keadaan suami yang mau poligami. Dalam
menanggapi, tentu tak selamanya harus seratus persen melalui hati. Ada peran
otak yang harus dipaksa mengimbangi. Tanya pada hati? Tentu siapa sudi. Tapi kali
ini mari kita berpikir lebih jernih lagi, lebih bijak lagi. Silakan poligami
asal bisa memposisikan diri. Sama dengan apa yang tengah dilakukan seorang istri,
Menerima segala apapun yang ada. Penuh syukur, mencari titik positif saja, toh
itu bukan larangan agama. Meski harus ribuan kali mengelus dada. Dan sungguh
saudaraku, hai Perempuan! Tak ada yang lebih menengkan selain menerima. Awalnya
memang mendorong kita untuk mati saja, tapi tunggulah, Tuhan punya ribuan
rahasia.
Sebagai Bagian Dari Masyarakat
Sesungguhnya Islam telah memberikan ruang yang leluasa untuk
berkiprah di dalam aktivitas yang terkait dengan perannya sebagai bagian dari
anggota masyarakat, seperti kebolehan untuk terlibat dalam beberapa mu’amalah,
melakukan aktivitas dakwah/amar ma’ruf nahi munkar serta memperhatikan urusan
umat (beraktivitas politik) yang hukumnya memang wajib dan lain-lain.
Jika dikaitkan dengan kondisi umat saat ini yang jauh dari
gambaran ideal masyarakat Islam, maka peran wanita shalihah menjadi lebih
penting lagi terutama dalam proses mengubah masyarakat sekarang menjadi masyarakat
Islam. Dalam hal ini, urgensi yang menuntut keterlibatan wanita antara lain :
a.
Bahwa kaum wanita memegang peran penting dan strategis dalam mencetak generasi
penerus umat yang memiliki kualitas mumpuni. Yakni berperan dalam mendidik dan
membina anak-anak mereka dengan aqidah yang kuat yang akan melahirkan generasi
yang tunduk pada syari’at dan siap untuk memperjuangkannya. Karena yang kita
tahu, seorang ibu adalam lembaga pendidikan pertama untuk anak-anak di seluruh
dunia.
b.
Bahwa perubahan masyarakat ke arah Islam harus diusung dan diperjuangkan oleh
seluruh komponen umat, baik pria maupun wanita. Di sisi lain tidak setiap
wanita muslimah memiliki kesadaran yang sama akan pentingnya mewujudkan
perubahan dengan landasan Islam, sehingga menjadi tugas para wanita sholihah
untuk bergerak menyadarkan muslimah lainnya dari keterlenaan mereka dengan cara
melakukan proses pembinaan yang mengarah pada pengokohan aqidah dan membangun
ketaatan pada syari’at.
Lalu?
Dengan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menjadi
wanita shalihah memang tidak mudah. Dalam hal ini diperlukan keyakinan dan
pengorbanan yang tinggi sehingga seluruh kewajiban yang terbeban di pundak akan
dapat dilaksanakan. Berkenaan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan :
1. Muslimah harus senantiasa memelihara keimanan dengan
aktivitas taqorrub ilallah. Sehingga dengan cara ini akan senantiasa ada
dorongan yang kuat untuk melakukan ketaatan kepada aturan-aturan Allah dan
Rasul-Nya.
2. Muslimah harus memiliki pemahaman yang utuh tentang
hukum-hukum syari;at, termasuk yang berkaitan dengan seluruh aktivitasnya, baik
yang menyangkut peran sebagai individu/pribadi, isteri/ibu maupun sebagai
anggota masyarakat, sehingga, dia bisa memastikan bahwa tidak ada satu hukumpun
yang luput dari pelaksanaannya. Oleh karenanya, penting bagi wanita shalihah
untuk terus membina dirinya dan terlibat dalam sistem pembinaan yang terarah
dan berkesinambungan.
3. Muslimah harus memahami konsep al-awlawiyaat (fiqih
prioritas) yang bersandar pada hukum syara’ beserta manajemen waktu yang bagus.
4. Muslimah harus terus berupaya membangun dukungan dari
orang-orang terdekat, sehingga bisa saling menguatkan dalam menjalani
ketundukan kepada Allah dan Rasul, termasuk dalam aktivitas dakwah.
5. Muslimah harus memahami setiap realitas yang berkembang
dengan pemahaman yang jernih dan utuh, baik berupa pemikiran, hukum-hukum,
maupun realitas politik lain beserta analisis Islamnya sehingga mampu mengambil
sikap dengan sikap yang benar (cerdas politik). Hal ini penting, terutama jika
dikaitkan dengan posisi strategis muslimah sebagai ibu yang berperan penting
dalam mencetak dan mendidik generasi Islam masa depan.
Maka kepada seluruh perempuan yang selalu
saya banggakan dimanapun dan kapanpun, selamat berbenah diri menjadi lebih baik
lagi. Lebih kuasa memposisikan diri kapan harus cantik serta shalihah di mata
agama, bangsa dan Negara yang kita punya. Para perempuan selalu bisa!. Bismillah!
Langganan:
Postingan (Atom)