Rabu, 09 April 2014

Seandai Hidup Setenang Kereta :)



Ini berawal dari sebuah keberanian. Entah sejak kapan ‘Berjalan Sendirian’ menjadi hobi paling menyenangkan. Tapi kali ini benar-benar banyak mendapat omelan gara-gara meraka anggap nekat. Yup, hari ini aku ke Malang, sendirian. Bisa kau tebak transportasi apa yang kugunakan? Kereta.
            Ini ali pertama. Dari dulu serasa hanya dalam angan untuk mengendarainya. Penasaran saja sama rute perjalanannya yang anti macet dan super tenang. Finally, hari aku berani sendirian dalam kereta selama Surabaya-Malang.
            Aku cukup ceritakan kereta dan keindahannya, tak perlu kegilaanku yang lain sejak kelinglungan di stasiun tadi. Bayangkan saja, ini kali pertama, aku sama sekali nggak ngundang tour guide. Tapi tak apalah, setelah melalui proses kebingungan yang sangat panjang, akhirnya aku duduk berhasil masuk ke gerbong kereta sesuai yang tertulis di tiket. Begitupun tempat duduknya, hanya saja aku memilih duduk di tempat lain yang tentu lebih strategis untuk kesehatan mata. And you know? Seperti apa posisiku dalam kereta? Mengacuhkan teman sebelah dan hanya memandang ke luar di balik jendela (Tempat yang paling aku suka dimana saja). Subhanallah indahnya. Entah aku kerasukan setan apa, tiba-tiba aku tergerak untuk menghitung apa saja yang aku temui sepanjang perjalanan. Bunga. Jembatan. Sungai. Gunung. Semuanya. Yang kupikir it semua  lebih dari sekedar nggak ada kerjaan. Tapi aku suka.
             Selain panorama alam yang ditawarkan, banyak hal yang mebuatku terkagum-kagum di dalamnya. Salah satunya: ketenangan. Seandai kehidupan manusia serupa kereta, yakinku tak ada kosa kata ‘tangis’ dalam dunia. Bayangkan saja, aku meletakkan botol minuman dengan posisi tegak berdri sejak di stasiun. Dan sesampai di Malang, posisinya sama sekali tak berubah: tetap tegak. Ini kubayangkan terbalik dengan suasana  di dalam Bus. Botol minumanku jatuh berkali-kali.
            Tapi dasar semua makhluk Tuhan punya dua sisi: Baik-Buruk. Bagiku si kereta Egois. Bagaimana tidak? Seumur hidup (kalian juga tentunya) belum pernah ada berita ‘Kereta menunggu Penumpang’. Telat satu menit saja bisa jadi ditinggalkan. Lagi-lagi tak seperti bus yang rela berjam-jam menunggu penumpang penuh. Selain itu, mana ada kereta ng-rem dalam rangka mengalah untuk beberapa kendaraan yang berlalu lalang di depannya? Nggak pernah kan? Selalu saja ratusan kendaraan lainnya yang menunggu bermenit-menit sampai kereta benar-benar hilng dari pandangan. Ah, menyebalkan juga ternyata si kereta.
            Tapi secara keseluruhan, aku tetap suka. Sangat suka. Tentang kebingungan berikutnya di stasiun berikutnya, tak perlu kalian tau seperti apa. 
            Aku suka. Karena hijauku ada di sana: di balik jendela kereta.

Rabu, 09 April 2014

Seandai Hidup Setenang Kereta :)

Diposting oleh Unknown di 18.45 0 komentar


Ini berawal dari sebuah keberanian. Entah sejak kapan ‘Berjalan Sendirian’ menjadi hobi paling menyenangkan. Tapi kali ini benar-benar banyak mendapat omelan gara-gara meraka anggap nekat. Yup, hari ini aku ke Malang, sendirian. Bisa kau tebak transportasi apa yang kugunakan? Kereta.
            Ini ali pertama. Dari dulu serasa hanya dalam angan untuk mengendarainya. Penasaran saja sama rute perjalanannya yang anti macet dan super tenang. Finally, hari aku berani sendirian dalam kereta selama Surabaya-Malang.
            Aku cukup ceritakan kereta dan keindahannya, tak perlu kegilaanku yang lain sejak kelinglungan di stasiun tadi. Bayangkan saja, ini kali pertama, aku sama sekali nggak ngundang tour guide. Tapi tak apalah, setelah melalui proses kebingungan yang sangat panjang, akhirnya aku duduk berhasil masuk ke gerbong kereta sesuai yang tertulis di tiket. Begitupun tempat duduknya, hanya saja aku memilih duduk di tempat lain yang tentu lebih strategis untuk kesehatan mata. And you know? Seperti apa posisiku dalam kereta? Mengacuhkan teman sebelah dan hanya memandang ke luar di balik jendela (Tempat yang paling aku suka dimana saja). Subhanallah indahnya. Entah aku kerasukan setan apa, tiba-tiba aku tergerak untuk menghitung apa saja yang aku temui sepanjang perjalanan. Bunga. Jembatan. Sungai. Gunung. Semuanya. Yang kupikir it semua  lebih dari sekedar nggak ada kerjaan. Tapi aku suka.
             Selain panorama alam yang ditawarkan, banyak hal yang mebuatku terkagum-kagum di dalamnya. Salah satunya: ketenangan. Seandai kehidupan manusia serupa kereta, yakinku tak ada kosa kata ‘tangis’ dalam dunia. Bayangkan saja, aku meletakkan botol minuman dengan posisi tegak berdri sejak di stasiun. Dan sesampai di Malang, posisinya sama sekali tak berubah: tetap tegak. Ini kubayangkan terbalik dengan suasana  di dalam Bus. Botol minumanku jatuh berkali-kali.
            Tapi dasar semua makhluk Tuhan punya dua sisi: Baik-Buruk. Bagiku si kereta Egois. Bagaimana tidak? Seumur hidup (kalian juga tentunya) belum pernah ada berita ‘Kereta menunggu Penumpang’. Telat satu menit saja bisa jadi ditinggalkan. Lagi-lagi tak seperti bus yang rela berjam-jam menunggu penumpang penuh. Selain itu, mana ada kereta ng-rem dalam rangka mengalah untuk beberapa kendaraan yang berlalu lalang di depannya? Nggak pernah kan? Selalu saja ratusan kendaraan lainnya yang menunggu bermenit-menit sampai kereta benar-benar hilng dari pandangan. Ah, menyebalkan juga ternyata si kereta.
            Tapi secara keseluruhan, aku tetap suka. Sangat suka. Tentang kebingungan berikutnya di stasiun berikutnya, tak perlu kalian tau seperti apa. 
            Aku suka. Karena hijauku ada di sana: di balik jendela kereta.


 

Nufa La'la' Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang